Umat Islam dari seluruh penjuru dunia dipersatukan oleh sosok yang amat mulia, yakni Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus suri teladan bagi Muslimin dan Muslimat. Kepribadiannya yang luar biasa memberikan dampak baik pula terhadap para pengikutnya. Umat Islam terbaik adalah mereka yang hidup di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menjadi saksi bagi setiap kebaikan dan manfaat yang ditebarkan oleh beliau. Sayangnya, kebisaan baik Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kadang kala menjadi hal yang kerap diperdebatkan.
Ada yang berpendapat demikian, ada pula yang justru menambah-nambahkan. Apa pun alasannya, kita dilarang mengurangi hal yang telah ada atau pun sebaliknya menambah-nambah perkara yang sejatinya tidak ada. Hal-hal ini dapat menjadi sebab utama mengapa umat Islam di zaman modern banyak yang cukup menyimpang. Pada hal, ajaran Islam sangatlah mudah dan sederhana. Agar dapat selalu berpegang teguh pada ajaran Islam yang tepat, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik kalian ialah orang-orang pada zamanku, kemudian orang-orang berikutnya, kemudian orang-orang berikutnya lagi. ‘Imran berkata: Aku tidak tahu apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sesudah itu menyebutkan dua generasi atau tiga generasi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sesudah kalian akan ada orang-orang yang mereka itu berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka bersaksi padahal tidak diminta menjadi saksi, mereka bernazar tetapi tidak melaksanakan (nazarnya), dan tampaklah kegemukan di kalangan mereka (karena memakan harta tidak memedulikan halal-haramnya)””. [HR. Bukhari juz 3, hal. 151]
Hadist di atas menjelaskan tentang beberapa hal yang seharusnya dapat ditinggalkan oleh umat Islam agar dapat menjadi umat yang berkualitas seperti di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satunya adalah menghindari kemunafikan dengan senantiasa menjaga amanah. Dalam keyakinan Islam, amanah sangatlah penting. Hal tersebut bermakna titipan. Merupakan sebuah kewajiban bagi umat Islam untuk dapat menjaga amanah karena kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sahabat dan umat di masa Rasulullah telah berupaya membangun karakter yang mampu menjaga amanah.
Sementara itu, umat Islam juga dianjurkan untuk tidak menyodorkan diri menjadi saksi tanpa bukti yang kuat. Hal ini bukan saja dapat menimbulkan kerugian tapi juga termasuk dalam aktivitas fitnah. Umat Islam dilarang menyebarkan fitnah karena dapat merusak hubungan dan keadaan. Tak hanya itu, kebiasaan lain yang juga bukan menjadi bagian dari umat di masa Rasulullah adalah menepati nazar. Umat Islam diwajibkan menunaikan janji termasuk juga nazar yang telah diniatkan. Namun, di zaman sekarang mudah sekali rasanya orang melupakan nazarnya sementara ia telah meraih apa yang diinginkan. Hal ini bukanlah kepribadian umat Islam di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan yang terakhir, kita dilarang memakan harta yang tak jelas asal usulnya. Umat Islam di masa Rasulullah selalu mengutamakan kehalalan harta yang mereka cari. Bahkan, mereka senang berlomba-lomba untuk berinfak dari harta yang dimiliki. Sebaliknya, di zaman sekarang banyak orang yang tak peduli dengan asal usul datangnya harta. Selama ia mampu menikmatinya, maka dari mana pun harta datang tetap akan dimakannya. Hal ini sungguh bukanlah kebiasaan yang dilakukan oleh umat Islam di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka dari itu, tidak mengherankan rasanya jika terdapat banyak bencana yang terjadi di masa ini akibat ketidakpedulian terhadap datangnya rezeki. Semoga kita dapat kembali menerapkan gaya hidup umat Islam di masa Rasulullah agar menjadi generasi yang berkualitas.