Mencari nafkah untuk sebagian besar orang sejatinya merupakan upaya dalam memenuhi kebutuhan. Entah untuk diri sendiri atau pun keluarga, harta yang dihasilkan biasanya akan habis bahkan sebelum akhir bulan. Ya, begitulah nilai harta ketika dipergunakan sebagaimana mestinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri memandang harta sebagai alat yang dimanfaatkan untuk perkara pangan dan sandang. Sementara, kelebihan dari apa yang dibutuhkan adalah hak orang lain yang sebaiknya segera ditunaikan.
Bukan tanpa alasan, pasalnya ada beberapa kebiasaan yang menjadi penyebab dari sempitnya atau tertutupnya pintu rezeki. Salah satunya adalah menyimpan-nyimpan harta dan enggan memanfaatkannya untuk kepentingan yang berada di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim dari Ibnu Juraij dari Ibnu Abi Mulaikah dari ‘Abbad bin ‘Abdullah dari Asma’ radliallahu ‘anhu berkata; Aku berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki harta kecuali apa yang diberikan oleh Az Zubair Apakah aku boleh bershadaqah dengannya?” Beliau menjawab:
“Bershadaqalah dan jangan kamu tutup rapat guci tempat menyimpan makanan itu, karena nanti Allah menutup rezekimu“. (HR. Bukhari)
Hadist di atas menjelaskan tentang penyebab utama dari tertutupnya pintu rezeki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabat dan umatnya beliau menyampaikan bahwa kebiasaan menyimpan harta baik yang berupa uang, makanan, atau benda lainnya menjadi salah satu alasan Allah Ta’ala menutup rezeki seseorang. Harta yang disimpan-simpan hingga menumpuk pun sejatinya tidak akan mendatangkan manfaat bahkan ketika ajal telah mendekat. Harta juga tidak akan ada gunanya walau di bawa ke liang lahat.
Sebaliknya, harta yang disebarkan untuk kepentingan orang terdekat hingga kemaslahatan umat menjadi sebab terbukanya pintu rezeki. Bahkan, kita tidak akan pernah memahami cara Allah dalam mengalirkan rezeki pada hamba-Nya yang gemar berbagi. Oleh karena itu, agar diri dan kehidupan kita tidak di situ – situ saja, alangkah baiknya memulai kebiasaan berbagi pada sesama. Mulailah dari orang-orang terdekat. Apa pun bentuk nafkah yang dikeluarkan selama kita hanya mengharap rida Allah Ta’ala maka nafkah tersebut akan semakin luas dan berkah