Langkah Menetapkan dan Memantapkan Keimanan dalam Hati Kita

Keimanan adalah hal yang sakral. Banyak yang mengatakan bahwa terdapat keterkaitan antara keimanan dan hati seseorang. Hal tersebut memang benar adanya. Bukan tanpa alasan, pasalnya iman yang benar terletak jauh di dalam hati seseorang. Maka dari itu, sejatinya kita tidak dapat memaksakan keimanan ada dalam diri sebelum kita terlebih dahulu membenahi hati. Terkait hal ini, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk dapat meluruskan hati sebagai upaya pertama agar dapat menetapkan keimanan.

Kelak jika keimanan telah menetap, diharapkan hati kita juga lebih mudah menyambut ketakwaan pada Allah Ta’ala yang akan terus meningkat. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Iman seseorang tidak akan lurus (benar) sebelum hatinya lurus.” (HR. Ahmad)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa iman seseorang tidak akan pernah bisa lurus selama hatinya pun tidak lurus. Lurus dalam kalimat ini mengandung makna bahwa sebaiknya kita umat Islam dapat terlebih dahulu memperbaiki keadaan hati kita sebelum berupaya mendekatkan diri kepada Allah. Keadaan hati yang diharapkan adalah hati yang ikhlas yang semata-mata melakukan berbagai kebaikan hanya untuk mengharap rida Allah Ta’ala.

Tidak hanya itu, hati kita juga sebaiknya harus dapat selalu terjaga kebersihannya. Tujuannya adalah agar hati jauh dari penyakit seperti sirik, riya’, iri, dengki, dan berbagai jenis penyakit hati lainnya. Hal ini sungguh amat penting untuk dilakukan karena keimanan tidak akan menetap pada hati yang kerap dihinggapi buruk sangka. Oleh karena itu, upayakan selalu untuk bisa senantiasa menjaga kebersihan dan ketulusan hati. Dengan kondisi hati yang prima, keimanan pada Allah Ta’ala pun akan mencapai puncaknya berupa ketakwaan.