Terkini, popularitas bukan hanya bentuk pencapaian dari seorang public figure saja. Manusia biasa yang pada awalnya tengah hidup dalam dunianya sendiri pun bisa seketika dikenal banyak orang. Hal ini sejatinya merupakan bagian dari dampak kehidupan dunia yang telah sangat bersahabat dengan kemajuan teknologi. Siapa saja dapat membagikan kehidupannya melalui media sosial sekaligus mencapai popularitas secara perlahan. Entah apa dasar di balik hal tersebut, umat Islam dianjurkan untuk tidak turut serta dalam kebiasaan baru ini. Bukan tanpa alasan, pasalnya sebaik-baiknya diri seorang Mukmin di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah menjadi tidak terkenal.
Imam al-Fudhail bin lyyadh rahimahullah berkata,
“Jika engkau mampu untuk tidak terkenal, lakukanlah. Tidak ada ruginya engkau tidak dikenal, tidak ada ruginya engkau tidak mendapatkan pujian, dan tidak ada ruginya engkau dicela oleh manusia; apabila engkau terpuji di sisi Allah Azza wa Jalla.” (at-Tawadhu’ wal Khumul, karya Abu Bakr al-Qurasyi, hlm. 43)
Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi ketika kita merupakan sosok terkenal. Bukan tanpa alasan, pasalnya setiap hal yang kita lakukan akan senantiasa menjadi sorotan. Namun, kita tidak bisa mengontrol cara pandang orang lain. Meski sejatinya niat yang tertanam dalam hati kita benar, bisa saja orang lain memandangnya salah. Hal ini bahkan sering kali menimbulkan prasangka yang selalu membuat diri kita dianggap salah, terutama oleh orang-orang yang tidak suka. Mulai dari perbuatan amal hingga kesalahan tak sengaja yang kita lakukan tetap saja menjadi bahan pergunjingan yang sebagian besar sudah pasti akan menjatuhkan.
Ketika kita beramal, orang-orang akan menganggapnya sebagai bentuk pencitraan. Sebaliknya, saat tak sengaja terselip lidah, hujatan langsung seketika berdatangan. Begitulah sejatinya karakter utama manusia, tidak senang atas keunggulan seseorang. Oleh karenanya, umat Islam dianjurkan untuk bisa sebaik mungkin menghindari diri dari peluang menjadi terkenal. Imam al-Fudhail bin lyyadh rahimahullah berkata bahwa hal tersebut bahkan tidak mendatangkan kerugian dalam kehidupan kaum Muslimin dan Muslimat. Tidak terkenal dan tidak mendapat pujian, sama sekali tidak mengurangi nilai seorang hamba di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bahkan, jika manusia pun habis-habisan mencela, tidak akan sedikit pun mendatangkan kerugian kecuali bagi orang yang melakukannya. Menghindari popularitas membuat umat Islam lebih mudah beribadah. Tak hanya itu, kaum Muslimin dan Muslimat juga dapat menyalurkan amal baiknya dengan lebih tenteram karena tidak ada pihak yang akan menyoroti kecuali Allah yang Maha Mengetahui. Oleh karenanya, sangat baik bagi umat Islam untuk dapat menghindari ketenaran. Hal tersebut membantu kita untuk bisa mendapatkan peluang pahala lebih mudah dan cepat sekaligus senantiasa terpuji di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.