Bulan Ramadhan mungkin menjadi salah satu saat yang amat dinantikan oleh umat Islam. Bagaimana tidak? Di bulan yang penuh kemuliaan ini segala bentuk hal baik yang kita lakukan mengandung pahala di dalamnya. Meski pun demikian, Ramadhan juga menjadi bulan yang akan cukup menyibukkan. Selain kewajiban menjalankan ibadah puasa di siang hari, umat Islam pun dianjurkan untuk melaksanakan shalat tarawih di malam harinya. Tentu saja, seluruh bentuk ibadah ini akan sangat menguras waktu dan tenaga kita.
Mengingat bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan pahala ganda pada setiap kebaikan yang dilakukan hamba-Nya, banyak di antara umat Islam yang memaksakan diri dalam menjalani rangkaian ibadah tersebut. Pada kenyataannya, Allah tidak memaksakan hamba-Nya dalam beribadah. Tidak ada jumlah tertentu yang harus dipenuhi dalam melakukannya, terutama terkait pelaksanaan shalat tarawih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak termasuk dalam golongan orang yang melakukan ibadah semalam suntuk di bulan Ramadhan.
Hal ini sebagaimana diketahui dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman dia mengabarkan kepadanya bahwa dia pernah bertanya kepada Aisyah tentang cara shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan? Lalu Aisyah menjawab:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah shalat lebih dari sebelas rakaat, tidak pada bulan Ramadlan dan juga bulan lainnya. Beliau shalat empat rakaat, kamu jangan bertanya tentang baik dan lamanya. Kemudian shalat empat rakaat lagi, juga kamu jangan bertanya tentang baik dan lamanya, lalu Beliau shalat witir tiga rakaat'” Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apakah engkau tidur sebelum shalat witir?” Beliau bersabda: ‘Wahai Aisyah, mataku tidur namun hatiku tidak tidur.” (HR. An Nasa’i no: 1679)
Hadist di atas menjelaskan tentang cara shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan. Seperti yang kita ketahui, bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan kemuliaan. Seluruh pahala akan tersedia bagi siapa saja yang melakukan kebaikan. Tak terkecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang juga turut serta menghias Ramadhan dengan berbagai kegiatan amal dan ibadah. Di zaman beliau ada sahabat yang bertanya tentang cara Rasulullah menunaikan shalat malam sebagai salah satu bentuk ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan.
Terkait hal ini, Aisyah radhiyallahu ‘anha selaku istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan bahwa beliau tidak pernah shalat lebih dari sebelas rakaat. Hal ini dilakukan Rasulullah setiap malamnya tidak, baik pada malam bulan Ramadhan atau malam-malam lainnya. Aisyah pun juga menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat malamnya dengan hitungan 4 rakaat dan salam, 4 rakaat dan salam, lalu dilanjutkan dengan shalat witir 3 rakaat di akhir waktu dengan terlebih dahulu melaksanakan tidur. Dengan begitu, kita mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat tarawih sebanyak 11 rakaat saja dan tidak lebih dari pada itu.
Hal ini menandakan bahwa sejatinya menunaikan shalat tarawih tidak harus dalam jumlah yang banyak. Bahkan tidak ada batasan pelaksanaannya selama tidak kurang dari 8 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir. Dari sini dapat kita ketahui bahwa Rasulullah pun tidak memaksakan diri dalam beribadah. Hal ini mengindikasikan bahwa ibadah adalah cara kita mengingat Allah dengan ikhlas dan sesuai kemampuan bukan untuk memberatkan hati dan tenaga. Bukan tanpa sebab, pasalnya Allah Subhanahu wa Ta’ala pun tidak pernah memandang banyaknya ibadah melainkan kualitas ibadah yang dilakukan hamba-Nya. Begitulah sejatinya ibadah-ibadah yang akan diterima oleh Allah Ta’ala.