Selain Jihad, Ini Langkah Menjadi Mukmin yang Penuh Keutamaan

Dunia memang sejatinya merupakan tempat berbagai ujian dan cobaan. Bukan tanpa alasan, pasalnya terdapat kemungkinan yang amat besar bagi umat manusia untuk dengan mudah takluk terhadap nikmat dunia. Hal ini pada akhirnya membuat kita dengan ringannya melakukan segala hal yang terdapat unsur maksiat di dalamnya. Entah disengaja atau pun tidak, hati seseorang yang mudah terbuai godaan dunia akan menjadi semakin tamak dan jauh dari keutamaan. Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk selalu berupaya menjadi sosok yang utama, khususnya di mata agama.

Hal ini sesuai dengan suatu kisah di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh para sahabat dan umatnya, ‘Rasulullah, siapakah manusia yang paling utama?’ Maka Rasulullah ﷺ pun bersabda,

Seorang mukmin yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya. Mereka bertanya lagi: Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: Seorang mukmin yang tinggal di antara bukit dari suatu pegunungan dengan bertakwa kepada Allah dan meninggalkan manusia dari keburukannya.” (HR. Bukhari)

Hadist di atas menjelaskan tentang ciri dari seorang mukmin yang utama di mata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terkait hal ini beliau menyampaikan bahwa keutamaan seorang mukmin terdapat pada jiwa dan hartanya. Umat Islam dianjurkan untuk dapat berjihad baik dengan jiwa atau pun hartanya. Bukan tanpa sebab, pasalnya jihad termasuk dalam salah satu hal yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mampu membuat kita lebih mudah masuk Surga. Namun, terkini langkah berjihad mungkin tidak semudah dahulu.

Begitu banyak cobaan dan tekanan yang bisa kita alami. Maka dari itu, keutamaan dari seorang Mukmin sejatinya juga dapat terlihat dari cara dia menjalani kehidupan. Ya, mukmin yang utama adalah yang berusaha memisahkan diri dari godaan dunia hanya untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala. Langkah ini sejatinya bukanlah sebuah upaya untuk menjadi anti sosial. Namun, ini dianggap sebagai bentuk usaha menjauhi dosa. Semoga dengan senantiasa memelihara hati dari keburukan manusia, kita akan selalu dapat menjaga tingkat ketakwaan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.