Ramadhan menjadi satu – satunya bulan dalam kalender Islam yang menyandang predikat mulia. Selain banyak kebaikan yang Allah SWT karuniakan pada hamba – Nya, bulan ini juga merupakan momen bagi kita untuk bisa menahan diri dari perbuatan tiada guna. Puasa adalah benteng bagi kita untuk bisa mencapai tujuan tersebut.
Ya, nyatanya hakikatnya puasa tak sekedar menahan lapar, dahaga, serta amarah saja. Ada makna yang lebih kuat dari ketiga hal ini, seperti sabda Rasulullah Muhammad SAW yang diketahui dalam sebuah percakapan bersama sahabat Jabir bin Abdullah Al – Anshari yang berbunyi,
”Jabir, ini adalah bulan Ramadhan. Barangsiapa yang berpuasa di siang harinya dan tetap sadar serta ingat kepada Allah di malam harinya, menjaga perutnya dari apa yang diharamkan, dan menjaga kehormatannya dari kekotoran, serta menahan lidahnya, maka ia akan terlepas dari dosa-dosa seperti lepasnya bulan Ramadhan dari dia.”
Ibadah puasa di bulan Ramadhan sejatinya mengajarkan kita untuk bisa tetap menyeimbangkan diri dalam kondisi apapun. Hadist di atas meriwayatkan hal yang serupa bahwasanya sebaik – baiknya seseorang adalah ia yang dapat tetap menahan diri tak hanya saat menjalankan puasa saja tapi juga saat terlepas dari kewajiban tersebut.
Makna menahan diri yang terkandung dalam hadist ini juga mencangkup ruang lingkup yang lebih luas. Secara umum, tujuan berpuasa yang sebenarnya diharapkan dapat memungkinkan kita menjauhkan diri dari hasrat melakukan perbuatan tak bermanfaat. Bahkan puasa seharusnya dapat membuat kita jauh lebih ikhlas bukannya merasa terkekang dan lantas menikmati kebebasan setelah kewajiban selesai.
Sejatinya, ibadah puasa yang dilakukan seperti ini sungguhlah sangat sia – sia. Allah SWT akan menjauhkan pahala berlipat ganda pada hamba – Nya yang justru larut dalam kesenangan dunia semata. Oleh karena itu, sudah sepatutnya bagi kita untuk dapat menetapkan hati pada tujuan ibadah yang sebenarnya. Semua tentu saja dilakukan hanya untuk mengharapkan ridha Allah SWT saja.