Umat Islam meyakini bahwa kehidupan manusia yang sebenarnya adalah akhirat. Hal ini telah sedari lama digadang-gadang oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam sebagai pengingat kepada umat manusia agar tidak terpana dengan gemerlap nikmat dunia. Sebaliknya, hal utama yang menjadi tugas manusia adalah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus memperkaya pahala dengan amalan sunah lainnya. Bukan tanpa alasan, pasalnya hanya kedua hal tersebut saja yang kelak akan menjadi penentu dari nasib manusia di akhirat, apakah akan menuju Surga atau justru Neraka.
Maka dari itu, Rasulullah pun menggambarkan situasi yang akan dialami oleh seluruh umat manusia tatkala kelak mereka sampai pada hari yang ditunggu-tunggu yakni hari perhitungan. Umat Islam sendiri mengenalnya dengan sebutan Hisab. Lantas bagaimana sebenarnya gambaran yang mungkin bersama-sama akan kita alami kelak? Terkait hal ini sebagaimana diketahui dari Adi bin Hatim, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam pernah bersabda yang berbunyi sebagai berikut ini,
“Tidak ada seorang pun dari kalian melainkan akan diajak bicara oleh Tuhannya tanpa penerjemah antara dia dengan-Nya. Lalu dia menoleh ke sebelah kanannya, maka dia tidak melihat selain amalnya yang pernah dilakukannya. Dia melihat sebelah kirinya, maka dia tidak melihat kecuali apa yang telah ia lakukan sebelumnya. Dia melihat ke hadapannya, maka dia tidak melihat selain neraka di depan wajahnya. Maka jagalah kalian dari neraka walau hanya dengan separuh biji kurma.” (Shahih Bukhari Hadis ke 6958)
Hadist di atas menjelaskan tentang gambaran situasi yang akan dialami oleh sebagian besar umat manusia di akhirat kelak. Kepada para sahabat dan umatnya, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam menyampaikan bahwa setiap orang akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan tanpa satu orang pun perantara atau penerjemah. Lalu, beliau mengisyaratkan bahwa setiap manusia akan diperlihatkan semua amal perbuatan dan dosa-dosa yang dilakukannya selama hidup di dunia. Setelahnya, manusia juga akan diperlihatkan bagaimana keadaan Neraka dan juga penghuninya.
Semua hal ini menandakan bahwa akhirat itu nyata. Seluruh tahapan kehidupan akhirat pun akan terjadi mulai dari berkumpul di alam barzah, hari perhitungan, dan juga penentuan nasib akhir kita apakah ke Surga atau Neraka. Maka, tidak ada pilihan lain bagi kita untuk hanya taat dan patuh pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketaatan memungkinkan bagi kita untuk memperkaya amalan dan meninggalkan dosa. Hal ini benar adanya bahkan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam pun mewanti-wanti umatnya untuk dapat senantiasa menjaga diri dari Neraka walau hanya dengan berbagi separuh kurma.