Mengenal Kebaikan yang Sebenarnya Menurut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Akhlak sering kali dipahami dengan sikap yang ditunjukkan manusia terhadap manusia atau mahluk hidup lain. Islam mengajarkan bahwa umatnya berkewajiban untuk dapat selalu memelihara akhlak dan menjaganya dari perbuatan yang merugikan sesama. Sayangnya, akhlak yang ditampilkan seseorang kerap kali ditentukan berdasarkan pada pihak yang menerimanya. Ada yang memang pada dasarnya telah baik, namun ada pula yang terlanjur tertanam keburukan dalam hatinya.

Tapi, sejatinya ada akhlak yang lebih berbahaya di dunia ini yakni ketika manusia memelihara kemunafikan dalam diri mereka. Tentu saja, kondisi tersebut membuat seseorang menampilkan sikap yang sejatinya mengandung kepalsuan belaka. Terkait hal ini, sejatinya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah sering menganjurkan umatnya untuk dapat senantiasa memelihara akhlak yang baik. Bahkan, akhlak baik tak melulu diperlihatkan melalui rutinitas bersedekah atau berinfak.

Dari Nawwaas bin Sam’aan Radhiyallahu ‘anhu ia berkata,

“Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan dosa. Maka beliau bersabda,

Kebaikan adalah akhlak yang baik. Sedangkan dosa adalah apa-apa yang terbetik dalam jiwamu, dan kamu tidak suka diketahui manusia.’” (HR. Muslim)

Hadist di atas menjelaskan tentang perbedaan makna antara kebaikan dan dosa. Menurut Rasulullah, akhlak yang baik termasuk dalam sebuah kebaikan. Pada dasarnya kebaikan dapat dimengerti dengan beragam hal. Namun, akhlak yang terjaga dan terpelihara adalah sebuah kebaikan yang mungkin kita terima dari orang lain. Maka dari itu, ketika kita menerima sikap yang baik sangat dianjurkan untuk dapat membalasnya dengan kebaikan serupa.

Sebaliknya, dosa adalah segala hal buruk yang dilakukan manusia. Biasanya aktifitas yang menimbulkan maslahat ini dilakukan dalam keadaan sadar. Bukan tanpa sebab, pasalnya dosa sering kali menjadi perkara yang tidak kita sukai jika orang lain mengetahuinya. Kita akan menyimpan rapat-rapat keburukan tersebut. Begitulah sejatinya sifat manusia. Manusia sering kali merasa sulit menjaga akhlak namun gemar memperkaya perbuatan yang mengundang dosa. Naudzubillahi min zalik, semoga kita tidak termasuk dalam golongan manusia dengan sikap demikian.