Harta merupakan salah satu alasan mengapa manusia begitu mencintai kehidupan dunia. Anggapan ini bahkan berkembang hingga melahirkan persepsi baru terhadap jati diri manusia. Sayangnya, terkini kebanyakan dari kita hanya menghargai mereka yang berkelimpahan harta meski sejatinya minim tata krama. Bergelimang harta, nyatanya tak membuat seseorang semakin berwibawa.
Bagaimana tidak? Harta sendiri sejatinya hanyalah titipan Allah SWT. Makna titipan tentu saja sama dengan sementara yang mana pada kondisi tertentu dapat diambil kembali oleh Allah. Maka dari itu, hendaknya harta yang dimiliki dapat dinafkahkan sesuai dengan cara yang tepat. Rasulullah Muhammad shaallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak memandang harta sebagai sesuatu yang istimewa.
Sebagaimana dalam suatu hadist beliau pernah bersabda:
“Hartamu hanya yang telah engkau makan lalu habis, atau pakaian yang engkau pakai lalu menjadi usang, atau sesuatu yang engkau sedekahkan lalu menjadi kekal (tetap). Maka selain dari itu akan lenyap dan untuk orang lain.” (Riwayat Muslim)
Dari hadist di atas dapat kita ketahui arti dan makna harta yang sebenarnya. Harta sejatinya bukanlah apa – apa karena pada dasarnya bersifat sementara dan cepat hilang. Namun, harta akan sangat bermanfaat dan bersifat kekal jika disedekahkan dan diberikan hak – nya pada yang membutuhkan. Oleh karena itu, membanggakan harta yang dimiliki sejatinya tidak akan pernah memberikan manfaat apapun.