Kewajiban menunaikan shalat fardu memungkinkan umat Islam untuk dapat meluangkan sedikit waktu dalam pelaksanaannya. Namun, kegiatan sehari-hari yang cukup padat kadang kala membuat kita harus menunda kewajiban ini. Maka dari itu, panggilan untuk menunaikan shalat fardu berjamaah di masjid menjadi salah satu cara yang ditempuh agar kewajiban ini tetap terjaga kualitasnya. Bukan tanpa sebab, pasalnya kesibukan diri dalam menjalani aktivitas sehari-hari dapat membuat konsentrasi seseorang terganggu saat menunaikan kewajibannya. Pada kenyataannya, shalat yang paling afdal adalah shalat yang berdirinya lama.
Hal ini sebagaimana diketahui dari Jabir ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Shalat yang paling Afdlal (utama) adalah shalat yang lama berdirinya.” (HR. Muslim)
Shalat yang paling afdal menurut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah shalat yang lama berdirinya. Kepada para sahabat dan umatnya beliau menyampaikan bahwa keutamaan shalat sendiri terletak pada lamanya seseorang berdiri dalam setiap shalat yang dilaksanakannya. Meski pun demikian, sejatinya tidak ada patokan yang tepat dalam menilai lamanya seseorang berdiri dalam shalat. Namun, jika dapat diterjemahkan secara sederhana maksud dari Rasulullah pada hadist di atas adalah terkait cara seseorang dalam melantunkan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika berada dalam posisi berdiri pada shalatnya.
Kita mengetahui bahwa setidaknya seorang mukmin membaca surat al-Fatihah pada setiap rakaat shalat. Sementara, surat-surat pendek menyertai surat al-Fatihah pada rakaat pertama dan kedua. Pembacaan ayat-ayat Allah ini harus dilakukan dengan tepat, termasuk pula tanda-tanda bacaannya. Bukan tanpa sebab, pasalnya pembacaan ayat yang terburu-buru dikhawatirkan dapat meningkatkan peluang salah atau hilangnya makna yang terkandung di dalamnya. Sementara, bacaan dari setiap gerakan shalat juga sejatinya berisikan doa. Oleh karenanya, kita juga wajib melantunkan bacaan shalat dengan hati-hati dan tepat agar dapat mencapai kekhusyukan.
Tentu saja semua hal ini dapat membuat gerakan shalat memakan waktu yang cukup lama. Inilah alasan di balik shalat yang lama berdirinya seperti maksud dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Shalat dengan berdiri yang lama mencerminkan bagusnya makna dari setiap bacaan. Maka dari itu, shalat dengan cara seperti ini dianggap paling afdal atau utama. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kesempatan pada kita untuk dapat menunaikan shalat dengan hati yang tenang. Dengan begitu, kita mampu melantunkan setiap ayat-ayat Allah secara tepat sehingga dapat mencapai nilai shalat yang paling afdal sesuai sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.