Keutamaan Itikaf di 10 Malam Terakhir Ramadhan

Ramadhan sering kali disambut sekaligus diakhiri dengan suka cita. Hal ini sejatinya merupakan gambaran rasa senang umat Islam karena memiliki kesempatan untuk bertemu dengan bulan suci. Di saat yang bersamaan, suka cita di akhir Ramadhan menjadi bentuk dari rasa syukur atas hari kemenangan yang sebentar lagi tiba.

Namun, bagi beberapa orang akhir Ramadhan adalah alasan bagi hati terasa sedih luar biasa. Hal ini lantaran tertutup sudah kesempatan untuk meraih pahala sekaligus mendapatkan ampunan sebanyak-banyaknya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu, mereka tak ingin menyia-nyiakan hari-hari akhir Ramadhan.

Memperbanyak amal ibadah merupakan hal yang terus diupayakan. Salah satu amalan yang dikenal sangat utama di 10 hari terakhir Ramadhan adalah beritikaf di masjid. Dari Ibnu Abbas Radhiyallaahu ‘anhu ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa beritikaf satu hari karena mengharap keridaan Allah, Allah akan menjadikan jarak antara dirinya dan api neraka sejauh tiga parit, setiap parit sejauh jarak timur dan barat”. (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Itikaf sejatinya merupakan aktifitas berdiam diri di dalam masjid yang ditujukan untuk mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kegiatan ini juga diutamakan untuk sebenar-benarnya menundukkan diri pada Ilahi guna bermuhasabah terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan. Allah menghadiahi kebebasan dari panasnya api Neraka bagi siapa saja yang mengamalkannya.

Kebebasan tersebut berpeluang didapatkan dengan mudah lantaran Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan jarak api Neraka pada tiap hamba-Nya yang berdiam diri di masjid. Jarak tersebut adalah sejauh tiga parit yang setiap paritnya diketahui memiliki jarak setara antara Timur dan Barat. Guna mendapatkan manfaat ini, tentu saja itikaf yang dilakukan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Salah satu syarat utamanya adalah terbebas dari hadas besar. Bukan tanpa alasan, pasalnya itikaf adalah kegiatan memasrahkan diri pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu, setiap hal yang ada di tubuh kita haruslah suci dengan terlebih dahulu memastikan kebersihannya. Dengan begitu tentu akan memudahkan Allah untuk menerima setiap amal ibadah yang kita lakukan selama menghabiskan waktu untuk berdiam diri di masjid.