Untuk bisa memiliki hubungan yang baik dengan seseorang atau banyak kalangan tentu kita harus dapat menarik perhatian. Banyak cara yang bisa dilakukan namun kebanyakan kurang memperhatikan aturan kesopanan. Beberapa orang senang menjadi pusat perhatian dengan tidak kelar-kelar menceritakan pengalaman. Ada pula yang gemar mengumbar janji namun hilang dan tak lagi mendapat kepercayaan. Bahkan, ada pula yang justru sibuk membangun pencitraan demi membuat kagum pandangan orang. Semua hal ini adalah contoh dari cara-cara yang dipilih kebanyakan manusia dalam menarik perhatian sesama untuk menumbuhkan hubungan yang diinginkan.
Meski pun demikian, sangat penting untuk memahami bahwa sejatinya kita secara pribadi tidak mampu membuat semua orang menyukai sekaligus percaya pada diri kita. Setelah berbagai usaha, bahkan tetap ada yang tidak memedulikan keberadaan kita. Selama hal yang kita lakukan hanya untuk menebar manfaat dan kebaikan, maka sebaiknya kita tidak perlu mudah merasa sedih. Bukan tanpa alasan, pasalnya perhatian manusia hanya bersifat sementara. Di sisi lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menaruh perhatian lebih terhadap kita meski kita sering lupa kepada-Nya. Oleh karena itu, ada baiknya jika kita bisa memikirkan sekaligus mencerna kata-kata bijak dari Imam Syafii rahimahullah di bawah ini,
“Kamu tidak akan mampu membuat seluruh manusia ridho, maka perbaikilah hubunganmu dengan Allah dan jangan pedulikan manusia.” (1)
Manusia pada dasarnya memiliki sifat serakah. Hal ini terjadi lantaran manusia kerap merasa tidak puas. Oleh karena itu, jika seseorang tidak mampu menawarkan keuntungan bagi orang lain maka jangan pernah berharap bahwa orang tersebut dapat dengan setia membersamai diri kita. Hal ini juga dapat terjadi karena secara alami kita tidak mampu menyenangkan semua orang dengan segala keterbatasan yang kita miliki. Hal ini tentunya mempersempit peluang bagi kita untuk dikenal dan membina hubungan dengan orang lain. Meski pun demikian, sejatinya hal ini bukanlah perkara besar yang perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala justru menjadi pihak yang paling berhak menerima usaha kita.
Bukan tanpa sebab, pasalnya Allah tidak pernah merasa rugi dan bahkan mengembalikan lebih banyak perhatian pada kita jika kita mampu memperbaiki hubungan dengan-Nya sekaligus memusatkan diri hanya pada-Nya. Hal tersebut dapat terjadi karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah Ta’ala tak butuh popularitas karena Dia Maha Tahu seberapa kuat kekuasaan-Nya. Allah hanya menerima hati yang bersih dan tulus untuk senantiasa mengabdi pada diri-Nya. Oleh karenanya, jangan pernah merasa sedih jika orang lain tidak menyukai atau menghargai diri kita. Manusia mungkin punya kekuatan namun tak pernah sebanding dengan milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Gantungkan saja hidup kita sepenuhnya pada Allah dan biar Allah yang mengurus sisanya.
Footnote
(1) (Thobaqot asy-Syafi’iyyah al-Kubro 2/184)