Musibah sudah sepatutnya merupakan satu dari sekian bagian kehidupan manusia. Meski sejatinya banyak di antara kita yang telah berusaha maksimal untuk meminimalisir terjadinya hal ini, namun musibah adalah tanda kasih dan sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mau tidak mau harus kita terima. Bukan tanpa alasan, pasalnya terdapat pahala yang bisa kita peroleh dari ujian yang datang menghampiri. Sayangnya, tak banyak yang memahami dengan baik cara utama dalam menyikapi hal ini agar dapat berbuah pahala. Sabar, diyakini menjadi cara paling tepat dalam menghadapi musibah. Namun, kapankah waktu utama untuk bersabar tatkala berhadapan dengan ujian?
Hal ini sebagaimana diketahui dari Anas bin Malik yang berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya kesabaran itu letaknya pada guncangan yang pertama.” (HR. Muslim)
Hadist di atas menjelaskan tentang cara tepat menghadapi masalah dengan kesabaran. Kepada para sahabat dan umatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan bahwa kaum Muslimin dan Muslimat seharusnya menempatkan kesabaran pada guncangan pertama musibah. Hal ini mengandung makna bahwa sejatinya ujian adalah suatu hal yang harus dilewati oleh seseorang. Saat pertama kali ujian tersebut datang, akan ada banyak jenis cara orang dalam menghadapinya. Ada yang terkejut hingga menjadi sangat emosional, ada pula yang bahkan tidak mampu mengendalikan perasaan sehingga memengaruhi kondisi fisiknya. Pada hal, Rasulullah telah mengingatkan bahwa kesabaran seharusnya berada di awal terjadinya musibah.
Bukan tanpa sebab, pasalnya awal terjadinya musibah dinilai sebagai titik paling rendah seseorang. Hal ini tentunya akan terasa sangat berat untuk dihadapi dan dilalui. Meski pun demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah memberikan ujian di luar kemampuan hamba-Nya. Hal ini menandakan bahwa kita semua sebagai umat Islam memiliki kemampuan untuk menghadapi ujian kehidupan. Hanya saja, kita memiliki cara yang berbeda-beda dalam menanganinya. Jika di awal musibah kita telah mampu mengatur hati dengan senantiasa berlapang dada maka dapat dipastikan bahwa ujian atau musibah tersebut dapat dilalui dengan baik sehingga bisa menjadi pelajaran yang sekaligus menghasilkan pahala dari Allah Ta’ala.