Kehidupan akhirat yang damai menyenangkan tentu saja menjadi impian bagi kebanyakan umat Islam. Bagaimana tidak? Akhirat dalam ajaran agama Islam sejatinya merupakan tempat kembali seluruh umat manusia. Maka dari itu, segala bentuk upaya pasti kita lakukan hanya untuk mendapatkan kehidupan kekal yang damai menyenangkan. Sayangnya, upaya ini sering kali tidak diimbangi dengan penekanan hawa nafsu terhadap kesenangan duniawi. Pada kenyataannya, Surga nan indah hanya akan didapatkan oleh mereka yang sekuat tenaga berupaya untuk bisa menjauhkan diri dari segala kesenangan dunia.
Sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda,
“Neraka dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan nafsu), sedang Surga dikelilingi hal-hal yang tidak disenangi (nafsu).” (Shahih Bukhari 6006)
Hadist di atas menjelaskan tentang perbedaan yang signifikan antara kondisi alam akhirat di Neraka dan Surga. Kepada para sahabat dan umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyampaikan tentang penggambaran situasi Neraka. Secara sederhana beliau mengatakan bahwa Neraka dikelilingi oleh syahwat atau hal-hal yang menyenangkan nafsu. Hal ini menandakan bahwa mereka yang kelak masuk Neraka adalah orang yang tidak mampu menjauhkan diri dari perkara-perkara maksiat. Tepat sekali, kita semua mengetahui bahwa maksiat memang erat kaitannya dengan hal-hal yang menarik syahwat. Begitu pula kondisi orang-orang yang kelak menjadi calon penghuni Neraka.
Mereka gemar memperkaya diri dengan perbuatan yang menarik hawa nafsu. Bahkan mereka sering kali tidak mampu menahan diri dari hal buruk tersebut. Sebaliknya, Surga adalah tentang perkara yang tidak disenangi umat manusia. Kewajiban beribadah, berbagi harta benda, berbuat baik tanpa pamrih, segala hal tersebut termasuk dalam hal-hal yang mampu mendekatkan diri seseorang ke Surga. Namun, tentu saja perkara tersebut amat berat dilaksanakan bagi kaum munafik yakni mereka yang menginginkan Surga namun tetap melaksanakan perkara khas penghuni Neraka. Naudzubillah min zalik, semoga kita tidak termasuk dalam bagian orang-orang demikian.