Mencari nafkah menjadi kewajiban setiap umat Islam. Bukan tanpa alasan, pasalnya dengan berusaha memenuhi kebutuhan hidup sendiri sejatinya kita telah mensyukuri nikmat sehat jiwa dan raga yang Allah Ta’ala beri. Maka dari itu, seorang mukmin laki-laki yang telah baligh dianjurkan untuk dapat mencari nafkah. Perlu diketahui, sejatinya aktifitas mencari nafkah bukan sekedar upaya sekedar upaya pemeroleh harta saja. Ada pahala kebaikan yang bisa kita dapatkan dari hal tersebut. Tentu saja pahala yang didapatkan akan disesuaikan dengan niat yang tertanam dalam setiap hati.
Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwa telah dikisahkan ada seseorang yang melewati Nabi maka para sahabat Nabi melihat keuletan dan giatnya, sehingga mereka mengatakan: Wahai Rasulullah, seandainya ia lakukan itu di jalan Allah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Bila ia keluar (rumah) demi mengusahakan untuk anak-anaknya yang kecil maka ia berada di jalan Allah. Bila ia keluar demi mengusahakan untuk kedua orangtuanya yang telah berusia lanjut maka ia berada di jalan Allah. Bila dia keluar demi mengusahakan untuk dirinya sendiri agar terjaga kehormatannya maka ia berada di jalan Allah. Namun bila dia keluar dan berusaha untuk riya’ (mencari pujian orang) atau untuk berbangga diri, maka ia berada di jalan setan.” (HR. At-Thabarani. Shahih At-Targhib, 2/141 no. 1692)
Hadist di atas menjelaskan tentang keutamaan mencari nafkah dengan niat yang tulus. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabat dan umatnya mengatakan bahwa setiap langkah mencari nafkah yang niatnya berada di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mendapatkan pahala kebaikan. Kebaikan ini akan diterima oleh ayah yang mencari nafkah untuk anak-anaknya. Hal serupa juga akan didapatkan oleh seorang anak yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya yang lanjut usia. Bahkan, kebaikan yang sama juga bisa didapatkan oleh laki-laki baligh yang mencari nafkah untuk diri sendiri demi menjaga harga dirinya.
Sebaliknya, orang-orang yang mencari nafkah hanya karena ia riya’ tentu saja hal yang satu ini tidak akan mendapatkan kebaikan. Bukan tanpa alasan, pasalnya niat mencari nafkah yang tertanam hanya untuk mencari pujian atau berbangga diri sejatinya merupakan ajaran sesat akibat godaan setan yang terkutuk. Orang-orang yang memiliki niat terselubung dalam perkara mencari nafkah hanya sedang menanam benih untuk tercebur dalam dosa berat. Terlebih lagi, jika penghasilan yang didapatkan tersebut dipergunakan untuk menyombongkan diri tentu saja menjadi poin utama datangnya azab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Naudzubillah min zalik, semoga kita terhindar dari keburukan tersebut.