Hilangnya Ilmu Agama Kemiskinan Terbesar yang Pernah Ada

Salah satu tujuan kita dalam mencari nafkah kerap kali berkaitan dengan harapan keluar dari ruang lingkup kemiskinan. Bagaimana tidak? Hidup dalam keterbatasan bukanlah situasi yang menyenangkan. Inilah alasan mengapa ada sebagian besar orang yang rela bekerja keras demi mendapatkan kehidupan yang diimpikan. Meski sejatinya tujuan tersebut tidak salah, namun beberapa golongan orang dikhawatirkan tidak mampu mengontrol tujuan hingga akhirnya membuat niat mencari nafkah yang mulia menjadi tercoreng dosa. Pada kenyataannya, umat Islam dilarang untuk bersedih hati ketika miskin harta menjadi bagian dari ujian kehidupannya. Bukan tanpa sebab, pasalnya kemiskinan terbesar adalah hilangnya ilmu agama. Ibnu Rajab Rahimahullah berkata,

Janganlah kamu mengira bahwa kemiskinan adalah tidak adanya kecukupan (harta). Akan tetapi kehilangan ilmu agama, itulah salah satu kemiskinan terbesar,” (Majmu’ Rosail Ibnu Rajab l/65)

Miskin harta memang sejatinya merupakan tantangan yang cukup menguras pikiran dan tenaga. Bukan tanpa alasan, pasalnya hidup di dunia membutuhkan segala hal yang berbau materi agar tetap bisa senantiasa bertahan. Meski pun demikian, bukan berarti kita menghabiskan waktu semata-mata untuk mencari harta lantas melupakan kewajiban yang sebenarnya. Manusia pada dasarnya diciptakan untuk beribadah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kewajiban mencari nafkah dianjurkan hanya agar manusia dapat menggali manfaat dalam dirinya. Namun, jika hal ini dijadikan ambisi agar bisa mengumpulkan sebanyak-banyaknya akibat takut akan kemiskinan maka hati dan pikiran kita tidak akan bisa mencapai kenikmatan ibadah yang sebenarnya.

Bukan tanpa sebab, pasalnya fakta dari kemiskinan ada pada orang-orang yang kehilangan ilmu agama. Orang-orang ini terbilang mengalami kemiskinan yang paling besar. Bagaimana tidak? Ketika ilmu agama hilang maka manfaatnya pun dalam diri dan hidup kita juga hilang. Kita akan kehilangan banyak kebaikan, berkah, dan juga rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala akibat terlalu fokus mencari harta lantas mengesampingkan tatanan ibadah. Bahkan, akibat terlalu menggebu-gebu dalam menumpuk harta kita juga lupa cara berdoa, berzikir pada Allah, hingga mengasihi sesama. Sejatinya, ini adalah kehilangan yang paling besar yang dapat membuat kita miskin total. Oleh karenanya, ketika mencari nafkah kita perlu memelihara tujuan agar tetap terkendali.

Fokuskan diri mencari nafkah hanya sebagai upaya menggali manfaat hidup kita agar berguna bagi orang lain. Anak dan istri, orang tua, saudara yang hidup dalam keterbatasan, anak-anak yatim dan juga fakir miskin, mereka semua adalah contoh dari penerima manfaat nafkah kita. Selain itu, kita juga harus tetap berusaha terhubung dengan Allah agar tujuan kita mencari nafkah tidak menyimpang. Dengan senantiasa bertakwa pada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melindungi diri kita dari cara mencari nafkah yang haram. Sebaliknya, kita sebaiknya harus dapat menyeimbangkan durasi mencari nafkah dengan waktu kita menggali ilmu agama. Tujuannya adalah agar hidup kita senantiasa jauh dari dua bentuk kemiskinan, miskin harta dan miskin ilmu.