Dunia yang kita huni saat ini mungkin saja telah melewati masa-masa suramnya. Disebut suram lantaran manusia hidup di zaman kebodohan. Kurangnya akses terhadap ilmu pengetahuan membuat mereka yang menjalani kehidupan di masa tersebut belum mampu membedakan mana hal yang benar dan salah. Pada akhirnya, kebanyakan di antara manusia kala itu hidup sebebas-bebasnya tanpa aturan yang mengikat. Namun, seiring berjalannya waktu Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kesempatan pada manusia untuk dapat melangkah lebih baik. Inilah sejatinya alasan di balik hadirnya dari kalangan Nabi dan Rasul yang khusus diutus oleh Allah untuk membawa kebenaran sekaligus memperbaiki kehidupan.
Meski pun demikian, hal ini sejatinya hanya membawa peningkatan pada kehidupan duniawi semata. Sementara, apakah kebodohan masih ada dalam diri seseorang semuanya tergantung pada orang tersebut. Namun, perlu diperhatikan bahwa hendaknya kita harus senantiasa memelihara diri dari setiap tindakan bodoh terutama yang dilakukan di akhir hayat. Lantas, tindakan bodoh apa yang mungkin dapat membuat hidup kita di dunia menjadi kehilangan nilainya? Terkait hal ini, lbnul Qayyim rahimahullah pernah berkata:
“Manusia paling bodoh adalah yang tersesat di akhir safarnya padahal sudah hampir sampai tujuan“. (ALI Fawaid hlm. 107)
Zaman kebodohan mungkin telah berlalu lama tapi bukan berarti dapat menghilangkan sifat bodoh dalam diri seseorang. Menurut lbnul Qayyim rahimahullah, manusia yang paling bodoh bukanlah yang minim ilmu pengetahuan. Bukan tanpa alasan, pasalnya pengetahuan dapat dicari dan dipelajari secara mandiri. Terkini, terdapat berbagai macam cara untuk bisa mengakses informasi dengan lebih mudah. Oleh karena itu, sifat bodoh tidak lagi berkaitan erat dengan ilmu yang bermanfaat. Sebaliknya, kebodohan yang dimaksud dalam hal ini adalah cara yang dipilih untuk mencapai tujuan akhir hidup kita. lbnul Qayyim rahimahullah mengibaratkan kebodohan sebagai ketersesatan yang dialami di akhir usia. Ketersesatan yang dimaksud adalah keputusan yang dibuat dengan sembrono dan biasanya berkaitan dengan dosa dan maksiat.
Manusia seperti ini dianggap bodoh lantaran selama hidup di dunia ia telah memanfaatkan waktu untuk mencapai akhir yang bahagia dengan memilih Surga sebagai tujuan kekalnya. Tentu hal ini harus dicapai dengan berbagai upaya halal. Namun, akibat godaan duniawi tetap besar meski usia telah matang ada beberapa orang yang tidak lagi mampu menahannya seperti berzina, merugikan orang lain untuk mencapai kepentingan pribadi, dan segala macam perbuatan buruk yang seharusnya dapat dihindari seberat apa pun godaan yang menghantui. Orang-orang seperti inilah yang dianggap sebagai manusia paling bodoh karena memilih jalan yang menyimpang sementara selama ini Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membimbingnya ke arah yang benar dan tepat.