Fakir atau Miskin, Kemana Sedekah Kita Lebih Utama Mengarah?

Sejatinya Allah SWT menghadirkan kaum fakir dan miskin sebagai ladang untuk menanamkan amal kita di dunia. Keduanya termasuk ke dalam golongan dhuafa yang sangat membutuhkan bantuan. Meskipun begitu, tentu kita sering kali dibuat bingung bukan tentang siapa yang lebih utama di antara mereka untuk mendapatkan santunan kita?

Fakir dalam bahasa Arab berasal dari kata faqr yang memiliki arti tulang punggung. Namun, ada pula kata faaqir yang bermakna orang yang patah tulang punggungnya akibat memikul beban terlalu berat. Sementara  kata miskin, dalam bahasa Arab berasal dari kata sakana yang memiliki arti diam atau tenang. Secara istilah, fakir dan miskin memiliki arti yang cukup berbeda meski latar belakangnya sama.

Terkait hal ini, terdapat penjelasan dari salah satu ulama yakni Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di yang menjelaskan perbedaan antara fakir dan miskin dalam Tafsir-nya (341):

“Fakir adalah orang yang tidak punya apa-apa atau punya sedikit kecukupan tapi kurang dari setengahnya. Sedangkan miskin adalah yang mendapatkan setengah kecukupan atau lebih tapi tidak memadai.”

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwasanya seorang fakir merupakan kaum lemah yang bahkan tak memiliki apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara miskin adalah mereka yang memeroleh kecukupan namun tetap belum mampu memenuhi secara utuh kebutuhannya sehari – hari. Maka, dapat kita simpulkan bahwa fakir benar – benar berada dalam kondisi yang tak layak.

Meskipun begitu, sejatinya baik fakir atau pun miskin tetap memiliki hak yang sama atas santunan atau bantuan kita. Namun, jika harta yang kita miliki terbatas dan hanya mampu memilih salah satu di antara mereka, fakir tentu bisa menjadi pihak yang lebih utama untuk mendapatkannya. Semoga Allah SWT memberkahi kehidupan kita dengan rejeki yang berlimpah agar dapat membantu siapa pun yang membutuhkan.