Menjalankan ibadah puasa mungkin saja bukan lagi merupakan hal baru bagi umat Islam. Setiap tahunnya, kaum muslimin dan muslimat selalu bersuka cita menyambut datangnya bulan suci yang mulia, Ramadhan. Beragam persiapan dilakukan. Sayangnya, rata-rata persiapan tersebut hanya sekedar perkara yang bersifat duniawi saja. Alhasil, tidak jarang ibadah puasa yang susah payah dilakukan nyatanya hanya sekedad berbuah lapar dan dahaga semata.
Pada kenyataannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan hamba-Nya pahala berlipat-lipat ganda sekaligus pengampunan dosa bagi siapa saja yang berpuasa untuk mengharapkan ridha-Nya. Namun, tetap saja dibutuhkan upaya untuk mencapainya dan membuat puasa semakin berkualitas. Hal utama yang begitu dianjurkan untuk mewujudkannya adalah dengan sebaik-baiknya berupaya menahan diri dari godaan berbuat hal tak bermanfaat.
Dari sahabat Abu Hurairah, ia berkata bahwasanya Rasulullah Shallalahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Bila salah seorang kalian berpuasa, janganlah ia berkata keji dan bertindak bodoh. Jika seseorang memprovokasinya atau memakinya, hendaklah ia menghindar, ‘Aku sedang berpuasa. Aku sedang berpuasa” (Al-Ghazali, 2018 M: I/296)
Hadist di atas menjelaskan tentang keutamaan menjaga kualitas puasa. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu menghindari diri dari perkara yang mungkin dapat memancing perbuatan yang tak mendatangkan manfaat. Amarah, hawa nafsu, keinginan berbuat maksiat adalah beberapa contoh dari perbuatan tersebut. Menahan diri dari segala keburukan ini mampu menjadi alasan meningkatnya kualitas ibadah puasa kita.
Maka dari itu, sungguh rugi kiranya bagi umat Muslim yang menyia-nyiakan rasa lapar dan dahaganya menjadi tak berbuah pahala sedikit pun karena mudah terpacu hawa nafsu. Sesuai anjuran Rasulullah, kita patut mawas diri untuk melawan setiap godaan yang datang menghampiri. Tujuannya, tentu saja agar ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa kita dapatkan dengan lebih mudah.