Ramadhan hampir saja mencapai akhir. Hal tersebut menandakan bahwa diri dan tubuh kita telah terbiasa menjalankan puasa. Jika memungkinkan, hendaknya ibadah tersebut bisa menjadi kebiasaan bagi diri kita meski Ramadhan telah usai. Bukan tanpa alasan, pasalnya puasa disinyalir mampu menjadi sebab utama dari kesehatan tubuh yang tetap terjaga. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Berpuasalah niscaya kalian akan sehat.” (HR. Ath Thabrani)
Rasulullah melalui hadist di atas menganjurkan umatnya untuk senantiasa berpuasa. Tentu saja terdapat makna tersendiri dari aktifitas ibadah ini. Ya, secara medis ibadah ini mampu menawarkan manfaat yang baik bagi tubuh manusia. Ketika berpuasa, kita dituntut menahan lapar dan dahaga selama 12 jam lamanya. Durasi tersebut sangat cukup bagi seluruh organ tubuh manusia terutama organ yang berkaitan dengan sistem pencernaan agar dapat berisirahat sejenak dari pekerjaannya.
Hal ini akhirnya memudahkan organ-organ pencernaan mulai dari hati, pankreas, lambung, usus besar, dan usus halus meningkatkan kinerjanya menjadi jauh lebih baik lagi. Tidak hanya itu, berpuasa juga memungkinkan metabolisme tubuh kita bekerja maksimal. Tepat sekali, di saat kita menahan lapar dan dahaga, di waktu yang bersamaan tubuh kita melepaskan hormon adiponektin yang bekerja untuk membantu setiap sel organ dan otot tubuh lebih baik dan semakin banyak menyerap nutrisi.
Saat nutrisi terserap dengan baik, maka fungsi tubuh secara menyeluruh juga semakin baik. Yang tak kalah penting, dengan berpuasa berarti kita membantu tubuh untuk dapat bekerja meningkatkan produksi protein. Kelak protein tersebut dapat mendukung pembentukan dan perkembangan saraf. Ia bekerja dengan cara mendukung sel punca (induk) di otak untuk mengeluarkan sel-sel saraf baru. Alhasil akan timbul berbagai reaksi kimia yang berdampak baik terhadap sistem kerja otak secara keseluruhan.