Salah satu hal yang secara umum menjadi keinginan setiap manusia adalah hidup dengan berbagai kebaikan. Bukan tanpa alasan, pasalnya kebaikan mengantarkan kita pada kebahagiaan dan kenyamanan. Meski pun demikian, sebagian besar di antara kita masih ada yang salah pengertian terhadap pemahaman kebaikan yang sebenarnya. Sering kali kita menganggap bahwa kekayaan, ketenaran, hingga kekuasaan adalah bagian dari hal tersebut. Meski tidak sepenuhnya salah, namun cara masing-masing orang dalam mencapainya bisa saja menimbulkan kerugian bagi orang lain atau bahkan dunia sendiri.
Pada beberapa orang, tidak jarang muncul pula sikap pemaksaan yang memengaruhi hidup orang lain dalam upaya mencapai kebaikan yang diinginkan. Pada kenyataannya, tak banyak yang tahu bahwa ada sebab-sebab utama mengapa seseorang sulit mencapai hal tersebut di dalam hidupnya. Sebagaimana Ibnu Muflih rahimahullahu pernah mengatakan,
“Apabila Allah menginginkan keburukan pada seseorang, maka Dia akan menjadikan mereka gemar berdebat dan menghalangi mereka dari beramal.” (a-Adab asy-Syariyyah, i/202)
Salah satu sebab dari sulitnya kebaikan datang dalam hidup seseorang adalah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menginginkannya terjadi. Tentu saja mrupakan hak Allah terhadap situasi seperti tersebut. Sayangnya, tak banyak yang menaruh kepedulian terkait alasan di balik tertundanya kebaikan datang. Pada hal, ada kebiasaan-kebiasaan buruk yang disinyalir menjadi sebab utama dari seluruh kekacauan ini. Salah satunya seperti kata Ibnu Muflih rahimahullahu di atas kebiasaan orang yang senang berdebat menjadi salah satu alasan mengapa sulitnya kebaikan datang menghampiri kehidupannya. Debat sendiri sejatinya upaya untuk mengungkapkan pendapat.
Namun, ketika perasaan dan pikiran tidak lagi terkontrol maka pendapat tersebut bisa saja menimbulkan dampak buruk terhadap diri orang lain. Perdebatan dapat mengandung bahaya dan beragam keburukan, salah satunya mencari-cari kesalahan orang lain. Pada akhirnya hal ini dapat melahirkan sikap mengumpat atau yang dikenal juga dengan istilah ghibah. Terkait hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah memperingatkan bahwa ghibah adalah dosa. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perdebatan seharusnya dihindari karena dapat menimbulkan dosa dan beragam kerugian. Hal ini juga pada akhirnya membuat seseorang jadi sulit beramal. Inilah mengapa kebaikan sangat sulit datang dalam hidupnya.
Maka dari itu, sangat dianjurkan bagi umat Islam untuk dapat berusaha sekuat tenaga agar bisa menghindari kesempatan berdebat. Meninggalkan debat meski pun benar sejatinya adalah sebuah kebaikan. Bahkan, menurut Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam hal ini juga termasuk dalam kesempurnaan iman yang ada pada diri seseorang. Bukan tanpa alasan, pasalnya orang yang meninggalkan debat meski ia benar telah berusaha untuk menghindari terjadinya konflik antar sesama. Langkah inilah yang dianggap mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan tidak mungkin, jika Allah pun mempermudah berbagai kebaikan datang dalam diri orang yang rela mengalah terhadap pendapat orang lain meski ia benar.