Perbedaan kondisi yang dialami oleh seseorang dalam kehidupan kerap kali membuat ia terpaksa melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan. Ada yang melontarkan fitnah, merampas hak orang lain, atau bahkan dengan sengaja mencelakai seseorang. Seluruhnya dilalukan hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi semata. Sejatinya, meski terpaksa seluruh contoh perbuatan buruk tersebut tidak boleh dilakukan. Bukan tanpa alasan, pasalnya tindak tanduk yang melanggar aturan agama dapat menjauhkan diri seseorang dari kedudukan di Surga teratas.
Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“…. serta istana di surga yang paling tinggi bagi orang yang berakhlak mulia” (HR. Abu Dawud)
Hadist di atas menjelaskan tentang keutamaan berakhlak mulia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya menyatakan bahwa hal ini mampu mendatangkan kebaikan bagi seseorang di akhirat kelak. Tepat sekali, akhlak yang mulia dapat menjadi alasan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memilih kita menjadi penghuni Surga yang paling tinggi. Namun, tentu saja akhlak mulia yang dimaksud bukanlah sekedar bersikap baik semata. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.
Yang pertama, hendaknya sikap baik harus dilakukan kepada siapa pun tidak memandang seperti apa orang tersebut. Umat Islam juga dianjurkan untuk dapat berakhlak mulia tanpa mengharapkan sedikit pun imbalan. Tidak hanya itu, jika orang lain tidak membalas atau mengakui kebaikan kita hendaknya kita harus mampu bersabar atas hal tersebut. Bahkan, kita juga dianjurkan untuk mampu menahan diri dari membalas perbuatan orang-orang yang tidak sesuai dengan harapan kita. Itulah syarat yang harus dipenuhi agar akhlak mulia yang kita terapkan mampu menggiring kita ke Surga teratas.