Ciri Khas yang Dapat Ditemukan dalam Diri Orang Bertakwa

Ketakwaan adalah tanda dari adanya keimanan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hati seorang Mukmin. Oleh karenanya, banyak di antara umat Islam yang senantiasa berupaya untuk selalu membangun atau bahkan menjaga ketakwaan yang telah ada. Namun, sebagai manusia biasa tentu saja kita berharap agar Allah menurunkan berbagai bentuk nikmat sebagai wujud balasan terhadap upaya tersebut. Sayangnya, sering kali balasan Allah Subhanahu wa Ta’ala justru tidak sesuai dengan hal yang kita harapkan. Alih-alih dikelilingi oleh berbagai nikmat dunia, orang-orang yang benar-benar bertakwa justru sering terlihat sederhana tanpa adanya harta berlimpah. Syaikhul Islam lbnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,

Orang yang bertakwa tidak akan terhalangi dari rezeki yang dia butuhkan. Namun hanyalah dia akan dijaga dari harta dunia yang berlebihan sebagai bentuk kasih sayang dan kebaikan Allah terhadapnya. Karena diluaskannya rezeki terkadang bisa membahayakan (agama) pemiliknya.” (Majmu’ul Fatawa 16/53)

Takwa sendiri pada dasarnya merupakan kolaborasi antara perasaan cinta terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus takut kepada-Nya. Ke dua perasaan ini membuat seseorang menjadi tunduk dan patuh terhadap segala bentuk aturan dan ketetapan yang dibuat Allah. Oleh karenanya, orang-orang yang bertakwa hanya akan menghabiskan waktu di dunia untuk senantiasa menjalankan setiap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya. Mereka bahkan hanya menggantungkan hidup pada Allah semata dengan menerima segala bentuk nikmat yang telah Allah turunkan dan selalu merasa cukup atas nikmat tersebut.

Kemampuan hidup seperti ini tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Inilah yang membedakan orang biasa dengan yang bertakwa. Maka dari itu, untuk menghargai upaya yang telah dilakukan hamba-Nya tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala justru membatasi kenikmatan duniawi yang dimiliki seseorang agar tidak melebihi apa yang diperlukannya. Tak hanya itu, menjaga hamba-Nya dari harta duniawi berlebihan juga menjadi tanda kasih sayang dan kebaikan Allah kepada orang tersebut. Hal ini dilakukan Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan sebagai azab melainkan perlindungan dari buruknya dampak nikmat duniawi terhadap kualitas ketakwaan seorang mukmin.

Oleh karena itu, jangan pernah berburuk sangka terhadap hal yang ditetapkan Allah terhadap hidup kita. Boleh jadi, keterbatasan rezeki yang kita alami dapat menjaga diri dan keluarga kita dari perbuatan yang keluar dari syariat Islam. Salah satunya adalah keinginan untuk memiliki lebih, berfoya-foya, hingga akhirnya membuat orang tersebut kufur terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Merasa cukup atas apa yang Allah berikan kepada diri kita dan keluarga tercinta adalah sebaik-baiknya wujud prasangka elok terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga dengan demikian, Allah akan senantiasa menambah rezeki kita dalam bentuk apa pun meski tidak selalu berupa harta dan kekayaan semata.