Kegiatan sehari-hari yang padat sering kali membuat kita menunda kewajiban pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih lagi kaum laki-laki yang memang kesehariannya harus mencari nafkah, mengatur waktu agar seimbang dengan pelaksanaan ibadah bukanlah perkara yang mudah. Bahkan, ada amalan-amalan yang terpaksa harus ditinggalkan mengingat terdapat pula kewajiban yang harus ditunaikan dalam ruang lingkup pekerjaan. Tidak jarang, selepas menunaikan salat berjamaah kaum laki-laki harus memanfaatkan waktunya sebaik mungkin untuk menyantap makan siang sekaligus rehat sejenak. Pada akhirnya, kebiasaan zikir yang dilakukan selepas salat terpaksa ditinggalkan.
Terkait hal ini sebenarnya bagaimana pandangan para ulama terhadap rangkaian salat serta amalan pelengkapnya yang belum dapat dilakukan secara sempurna? Syaikh Albani Rahimahullah berkata,
“Barang siapa yang memiliki urusan yang mendesak setelah sholat, maka janganlah ia meninggalkan berbagai dzikir selepas sholat. Dan hendaklah dia membacanya dalam keadaan berjalan.” (Fatawa Jaddah: 34)
Urusan akhirat memang sudah sepatutnya kita utamakan. Meski pun demikian, bukan berarti kita juga melepas tanggung jawab terhadap urusan duniawi. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk dapat melakukan keduanya secara imbang. Jikalau harus berat sebelah, pastikan urusan akhiratlah yang lebih berat. Namun, mengingat diri kita memiliki keterkaitan dengan orang lain di dunia maka urusan duniawi juga wajib dituntaskan. Oleh karenanya, jika terdapat urusan mendesak yang harus segera dilakukan selepas mengerjakan salat berjamaah, maka sangat dianjurkan agar tidak begitu saja meninggalkan rangkaian zikir setelahnya.
Zikir adalah amalan sunah yang dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun. Meski kita terburu-buru untuk kembali menuntaskan pekerjaan alangkah baiknya jika kebiasaan zikir tetap dijaga. Lakukan zikir selama dalam perjalanan kembali menuju kantor atau dalam kendaraan. Pahala dari zikir yang biasa kita lakukan sejatinya telah tercatat sempurna dalam catatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu, tetaplah berusaha untuk menunaikannya meski waktu yang dimiliki tidak banyak. Bukan tanpa alasan, pasalnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Segala hal yang kita ucapkan meski tidak lantang sudah pasti akan diketahui oleh Allah.