Umat Islam memahami bahwa tugas utama dari seorang hamba pada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah beribadah. Ibadah berarti bahwa kita menjalankan hal-hal yang diperintahkan sekaligus menjauhi perkara yang dilarang. Namun, tak banyak yang tahu bahwa sebagai manusia kita juga diperintahkan untuk dapat menjadi pribadi yang mampu untuk senantiasa menjaga perdamaian di dunia. Tentu saja hal ini sejatinya merupakan tugas yang berat namun Allah telah mempermudah jalan bagi kita untuk melakukannya. Hal ini telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam sebagaimana di dalam al-Qur’an Allah berfirman,
“JADILAH ENGKAU PEMAAF dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” [QS. A-Araf Ayat 199]
Ayat di atas menjelaskan tentang salah satu cara mewujudkan perdamaian di dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam untuk menjadi sosok pemaaf. Hal ini merupakan perintah yang datang ketika beliau mendapatkan kecaman dari kaum musyrikin dalam upayanya berdakwah. Selain itu, Rasulullah juga ditugaskan untuk menyuruh orang-orang mengerjakan perbuatan-perbuatan makruf. Namun, jika ia masih menemui kesulitan dalam hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk meninggalkan siapa saja yang betah akan kebodohannya yakni mereka yang menutup mata terhadap kebenaran Allah Ta’ala.
Perintah untuk menjadi pemaaf datang agar Rasulullah tidak merasa terbebani dan sakit hati ketika menerima penolakan dakwahnya. Hal yang sama juga sudah sepatutnya kita lakukan. Sebagai umat Islam kita juga penting untuk menumbuhkan sikap mudah memaafkan antar sesama. Tujuannya adalah untuk meminimalisir munculnya perselisihan. Perintah untuk memaafkan juga datang bersamaan dengan anjuran untuk menyuruh orang berbuat baik. Tak ada hal yang lebih benar dari pada perkara ini. Maka sebagai bagian dari umat Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam kita juga harus berusaha mengajak sesama dalam kebaikan.
Sesuai perintah, jika ada penolakan tak usah dipaksakan tapi tinggalkan saja mereka. Begitulah sejatinya tugas manusia di dunia selain beribadah. Tentu saja, perintah ini datang bukan sekedar untuk memudahkan hidup seseorang saja tapi juga seluruh umat manusia. Maka dari itu, jangan batasi ajakan kebaikan kita pada sesama kaum Muslimin saja. Sebaliknya, kita juga harus melakukan hal yang sama pada kaum Musyrikin agar mereka memahami bagaimana Islam yang sebenarnya. Jika mereka telah mengerti baiknya sosok umat Islam yang mudah memaafkan dan selalu mengajak pada kebaikan, diharapkan akan ada kemajuan dari cara berpikir mereka agar dapat secara perlahan terbuka pada sekaligus menerima Islam.