Ganjaran Istimewa bagi Orang-Orang Saleh

Kenikmatan dunia yang kerap kita saksikan melalui tampilan media sosial seseorang sering kali menjadi alasan utama di balik upaya kita untuk memaksimalkan kerja keras. Bukan tanpa sebab, pasalnya sifat manusia secara alami menginginkan kebaikan dan kebahagiaan. Di antara banyak jenis kebahagiaan, rata-rata dapat dicapai melalui kenikmatan dunia yang dinilai dengan harta. Hal ini pada akhirnya membuat setiap orang berlomba-lomba berusaha sekuat tenaga agar dapat memeroleh kenikmatan serupa. Sayangnya, sering kali banyak di antara kita lupa bahwa sejatinya kehidupan yang sebenarnya adalah akhirat.

Namun, upaya untuk mencapai kenikmatan yang hakiki justru sering kali mengalahkan yang sementara. Pada kenyataannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji untuk memberikan ganjaran yang tak pernah terbayangkan oleh hamba-Nya sedikit pun dan bahkan tak mampu menyamai kebaikannya di akhirat kelak. Meski pun demikian, tentu saja dibutuhkan syarat bagi orang-orang yang berkeinginan memeroleh ganjaran tersebut. Hal ini sebagaimana diketahui dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu, ia berkata bahwasanya Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, beliau pernah bersabda yang berbunyi sebagai berikut,

Allah berfirman, ‘Aku persiapkan bagi hamba-Ku yang saleh (ganjaran) yang tidak terlihat oleh mata, belum terdengar oleh telinga dan belum pernah terbetik oleh hati manusia.’” (HR. Bukhari)

Hadist di atas menjelaskan tentang janji Allah Subhanahu wa Ta’ala terkait balasan yang akan diperoleh bagi hamba-Nya yang saleh. Kepada para sahabat dan umatnya, Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menyampaikan bahwa kelak Allah mempersiapkan ganjaran terbaik yang tidak pernah dapat dibayangkan oleh manusia. Begitu istimewanya hingga tak ada satu pun kenikmatan di dunia yang mampu menyamai kenikmatan di akhirat kelak. Nikmat tersebut bahkan tidak pernah terlihat oleh mata manusia, didengar oleh telinga mereka atau bahkan terbetik dalam hati manusia. Nikmat atau ganjaran istimewa tersebut hanya menjadi hak bagi orang-orang yang saleh.

Lantas, apa yang harus kita pahami dari kesalehan itu sendiri? Terkait hal ini, sejatinya tak ada ketetapan pasti atas pemahaman sebenarnya dari sebuah kesalehan. Saleh dapat dimengerti dengan beragam pemahaman. Yang pertama, kesalehan dapat mencerminkan ketaatan dan kesungguh-sungguhan dalam menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus menjauhi larangan-Nya. Hal ini juga menjadi tugas utama manusia di dunia. Maka dari itu, seseorang dianggap saleh apa bila mampu memelihara diri mereka agar senantiasa menjalani tugas tersebut sebaik mungkin hingga waktu mereka telah habis di dunia.

Selain itu, saleh juga mencerminkan sebuah kesucian dan keimanan. Kesucian dikaitkan dengan kemampuan diri kita untuk memelihara diri dari berbagai godaan perbuatan dosa dan maksiat. Sementara keimanan mencerminkan keyakinan kita pada kebesaran dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di sisi lain, kesalehan juga dikaitkan dengan kesesuaian antara kebaikan lahir dan batin. Terakhir dan tak kalah penting, saleh juga mencerminkan kemampuan dan kemauan untuk senantiasa memenuhi hak Allah termasuk pula hak para hamba-Nya terkait muamalah, munakahah, jinayah, wathaniyah, dan lainnya.