Islam mungkin menjadi satu-satunya agama yang mengedepankan aturan dan syariat. Segala hal telah diatur sedemikian rupa dan tertulis indah di dalam kitab suci al-Qur’an. Segala hal yang kerap menjadi permasalahan manusia dapat kita temui jalan keluarnya di dalam mukjizat terbesar Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Tujuannya adalah agar manusia, terutama umat Islam dapat hidup bahagia. Tak hanya itu, aturan yang berlaku tersebut juga ditujukan agar manusia dapat hidup selamat dunia dan akhirat.
Meski pun demikian, sejatinya masih banyak di antara kita yang belum memahami dengan benar bagaimana keislaman yang tepat yang seharusnya tertanam dalam hati. Terkait hal ini, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering kali mendapati pertanyaan tentang apa itu keislaman yang paling baik. Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya beliau pernah bersabda,
“Islam manakah yang paling baik?” “Kamu memberi makan dan memberi salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal.” (Shahih Bukhari 27)
Hadist di atas menjelaskan tentang pemahaman tentang Islam yang paling baik. Menurut Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Islam yang baik adalah seorang Mukmin yang mampu memberi makan dan salam kepada setiap orang, tak peduli mengenalnya atau tidak. Makan sendiri sejatinya merupakan salah satu kebutuhan pokok dari manusia. Dengan mendapatkan kebutuhan ini, kita bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik. Bahkan, memeroleh kebutuhan pangan yang tepat dapat membantu seseorang bergerak aktif dan kuat dalam mencari nafkah.
Sementara salam adalah bentuk kepedulian terhadap sesama. Salam juga menandakan bahwa kita menghargai keberadaan orang lain, baik yang kita mengenalnya atau pun sekedar lewat saja. Dalam salam ada kata-kata yang bermakna doa. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk membalas salam agar dapat saling mendoakan kebaikan dan keselamatan bagi sesama. Mukmin yang di dalam hatinya tertanam keislaman yang baik, maka mereka biasanya memiliki rutinitas yang baik pula terhadap dua perkara ini.
Bukan tanpa sebab, pasalnya kedua perkara tersebut sejatinya merupakan representasi dari bentuk syukurnya terhadap nikmat yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala titipkan dalam hidupnya. Maka dari itu, orang-orang Mukmin dengan keislaman yang baik tidak pernah merasa rugi untuk sekedar berbagi makanan atau menebar salam. Bagi mereka hal ini adalah perkara biasa dan mudah yang mengandung makna begitu dalam bagi kemaslahatan bersama. Ya, melalui makanan dan sapaan dalam salam umat Islam dapat menjaga hubungan mereka dan memeliharanya demi kebaikan dan tujuan yang sama, yakni pahala.