3 Bentuk Kesabaran yang Perlu Diupayakan oleh Umat Islam

Tantangan sering kali mudah datang pada orang-orang beriman. Bukan tanpa alasan, pasalnya setan sangat senang menjerumuskan manusia. Mereka selalu berusaha agar manusia juga terjebak dalam kesesatan seperti takdir yang mereka dapatkan. Oleh karenanya, orang-orang Mukmin yang senantiasa mempertahankan keyakinan sering kali menjadi target utama dari upaya setan untuk membuat keimanan menjadi goyah. Namun, sejatinya hal ini tidak akan pernah mampu menerobos masuk kehidupan kaum Muslimin dan Muslimat yang kemampuan sabarnya telah terlatih dengan benar.

Tepat sekali, sabar bukan sekedar perkara lapang dada saja. Ada beragam hal yang dapat mencerminkan bukti terpelihara kesabaran dalam diri seseorang. Di antara banyak hal, sejatinya seseorang dapat dikatakan telah mampu mengelola kesabaran dengan baik adalah jika ia dapat melewati tiga perkara ini. Sebagaimana Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin pernah berkata,

Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah.!” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

Kebanyakan orang mungkin memahami makna sabar yang biasa dikaitkan dengan ketabahan hati dalam menerima musibah. Meski tidak salah, namun sejatinya sabar memiliki pemahaman yang lebih luas terutama bagi umat Islam. Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, salah satu bentuk kesabaran adalah ketika kita berusaha meneguhkan pendirian untuk senantiasa taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Taat adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Bukan tanpa alasan, pasalnya terdapat berbagai godaan yang mungkin saja bermunculan di hadapan kita terutama jika kita tengah dalam upaya untuk menghindarinya.

Kesulitan ini sungguh menantang hawa nafsu umat manusia sehingga siapa saja yang mampu menahannya dianggap memiliki kesabaran yang luar biasa. Tak hanya itu, bentuk kesabaran lain yang juga perlu kita ketahui adalah saat berusaha menahan diri dari perbuatan maksiat. Maksiat bagi kebanyakan orang menawarkan nikmat yang tak dapat tertahankan. Namun, segala perkara yang berbau hal ini sudah pasti merupakan sumber utama dosa. Oleh karenanya, orang-orang yang berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri dari godaan berbuat maksiat sementara ia memiliki peluang tersebut dianggap memiliki tingkat kesabaran yang mumpuni.

Terakhir dan tak kalah penting, kesabaran yang baik juga dapat terlihat dari kemampuan seseorang menahan diri dari sikap marah dalam upaya menerima takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Takdir sendiri adalah ketetapan yang hanya ditentukan oleh Allah. Tidak ada yang mampu mengubahnya. Namun, ketika takdir harus berhadapan dengan kenyataan buruk, tentu hal ini menjadi perkara yang sangat sulit diterima. Tentu tidak ada satu orang pun di dunia yang bersiap untuk takdir buruk. Walau pun demikian, ada beberapa di antara mereka yang mampu mengendalikan diri ketika hal ini menjadi bagian cerita hidupnya. Orang-orang inilah yang juga dianggap memiliki kemampuan sabar yang tepat.