Tanda Iman yang Sempurna, Cinta dan Benci Hanya Karena Allah Ta’ala

Salah satu langkah termudah yang bisa dilakukan oleh umat Islam dalam menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah dengan senantiasa melaksanakan perintah-Nya sekaligus menjauhi larangan-Nya. Hal tersebut merupakan wujud ketakwaan yang paling dasar terhadap Allah. Tentu saja, tidak ada yang dapat menakar dan menilai keimanan seseorang kecuali Allah Ta’ala sendiri. Namun, pasti kita kerap merasa bahwa kita belum cukup sempurna dalam memelihara keduanya. Oleh karena itu, memperbanyak amal ibadah menjadi upaya yang senantiasa kita lakukan.

Tujuannya adalah untuk menyempurnakan ketakwaan dan keimanan. Meskipun demikian, sejatinya sangat sulit untuk mencapai kesempurnaan dalam hal ini. Tapi, jika kita bersikeras untuk menggapainya, kesempurnaan iman bisa diraih melalui langkah agar dapat selalu menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai alasan setiap tindak tanduk yang kita lakukan. Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadits bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda yang berbunyi sebagai berikut ini,

Siapa yang cintanya karena Allah, bencinya karena Allah, memberinya karena Allah dan tidak memberi pun karena Allah, maka sungguh telah sempurna keimanannya.” (HR. Abu Dawud 4.681)

Kepada para sahabat dan umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan salah satu dari tanda sempurnanya keimanan seseorang. Hal ini dimulai dari setiap tindakan sederhana yang kita lakukan. Satu di antaranya adalah alasan kita mencintai dan juga membenci sesuatu yang hanya akan dilakukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Baik cinta atau pun membenci terhadap seseorang atau sesuatu harus senantiasa terikat kepada Allah, dilandaskan kepada Allah, dilakukan hanya untuk Allah. Begitu juga dengan memberi dan tidak memberi sebaiknya dikarenakan Allah semata.

Bukan tanpa sebab, pasalnya jika kita menyandarkan niat atau alasan kepada makhluk sejatinya kita hanya akan merasakan kekecewaan saja. Hal ini sering terjadi lantaran makhluk dipenuhi dengan rasa marah dan benci sehingga kita pun akan hina di depannya. Sebaliknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat kaya akan rahmat dan berkah. Allah kaya akan ridha dan cinta kepada hamba-Nya. Ketika kita menyandarkan segala hal hanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala sejatinya kita tengah berupaya menyempurnakan keimanan yang tidak semua orang mampu melakukannya.