Istirahat merupakan salah satu kebutuhan biologis manusia. Melalui hal tersebut, kita memiliki kesempatan untuk membangun daya diri kembali dari berbagai bentuk kepenatan yang sudah dialami. Tujuannya adalah agar tubuh dan diri kita kembali siap untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pribadi maupun penanggung jawab dalam berbagai ruang lingkup yang ditempati.
Sayangnya, tak banyak yang memahami dengan tepat apa sebenarnya makna istirahat. Sebagian besar orang akan mengaitkannya dengan aktivitas ‘goleran’ sepanjang malam. Pada kenyataannya, istirahat yang benar menurut ajaran Islam adalah ketika komponen utama tubuh dan diri kita membatasi aktivitas hariannya. Hal ini sebagaimana Tsabit bin Qurroh aül đa>y berkata,
“Istirahatnya tubuh ada pada sedikitnya makan. Istirahatnya ruh pada sedikitnya dosa. Istirahatnya lidah pada sedikitnya bicara.” (Zadul-Ma’ad libnil Qoyyim 4/186)
Tubuh dan diri manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Keduanya tumbuh dan bekerja sama untuk melaksanakan aktivitas dan tanggung jawab yang dipikul di pundak. Itulah mengapa, manusia butuh istirahat. Namun, istirahat yang tepat dan sepenuhnya dapat mendatangkan manfaat bukan sekedar bergeliat malas tanpa gerak. Masuknya sedikit makanan pada tubuh akan menghindarkan organ dari kinerja yang berat.
Tubuh kita akan mencapai istirahat yang tepat saat sedikit makan. Artinya, istirahat bukan sekedar untuk fisik saja tapi juga setiap organ dalam tubuh. Selain membatasi makanan, puasa juga menjadi cara tepat yang bisa dilakukan untuk mengistirahatkan tubuh kita dengan optimal. Tak hanya itu, diri kita secara mental juga butuh istirahat. Lantas, apa yang harus dilakukan untuk mencapainya dengan tepat? Ya, mental kita akan senantiasa terjaga kesehatannya ketika kita berusaha untuk menahan diri dari segala perbuatan dosa.
Bukan tanpa sebab, pasalnya dosa yang kita lakukan dapat membuat lelah hati dan pikiran. Kita akan selalu merasa seakan dikejar-kejar oleh siksaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sementara, dosa yang kita lakukan terhadap manusia membuat hubungan menjadi renggang. Kepada sesama makhluk hidup, kesalahan yang mungkin sempat kita lakukan biasanya akan meninggalkan rasa bersalah. Inilah mengapa perbuatan dosa akan membuat kita lelah, dan cara terbaik untuk mengistirahatkan diri kita adalah dengan meninggalkan segala dosa. Terakhir dan tak kalah penting, lidah kita juga butuh istirahat.
Istirahat yang dimaksud adalah dengan meminimalisir bicara. Bukan tanpa alasan, pasalnya lidah juga merupakan bagian dari sebab timbulnya dosa. Sedikit bicara tak sekedar mengistirahatkan lidah saja tapi juga sebagai upaya untuk menghindari timbulnya hal yang tak diinginkan. Tentu, kita semua memahami bahwa tidak semua orang dapat setuju dengan perkataan kita. Bahkan, ada pula yang mungkin merasa sakit hati dengan apa yang kita ucapkan. Sedikit bicara dapat menjauhkan kita dari perselisihan dengan sesama. Itulah cara beristirahat yang tepat sesuai ajaran Islam.