Zakat bagi umat Islam telah lama dimengerti sebagai bagian dari kewajiban. Hal ini membuat pemahaman zakat sering kali terbatas. Bahkan, beberapa orang mungkin saja merasa terbebani dengan kewajiban ini. Pada kenyataannya, makna dan fungsi zakat lebih dalam dari yang kita kira. Dalam konteks fitrah, zakat merupakan pelengkap ibadah puasa di bulan Ramadhan. Namun, tak banyak yang tahu bahwa jenis zakat lainnya dibebani pada umat Islam bukan sebagai sebuah kewajiban saja tapi juga langkah pemurnia nilai harta sekaligus mengembangkannya melalui kemungkinan yang tak terduga. Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang berbunyi,
“Zakat membersihkan harta dan mengembangkannya, serta membuka pintu-pintu rezeki bagi pelakunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Harta tidak akan berkurang karena sedekah…” (HR. Muslim No. 2588)
Baik zakat fitrah atau pun zakat maal keduanya memiliki kadar jumlah yang wajib dikeluarkan. Terkait zakat fitrah sudah kita mengerti bahwa setiap umat Islam wajib menunaikannya tepat sebelum khatib salat Idul Fitri naik mimbar. Namun, kesadaran akan kewajiban zakat maal masih kurang di sebagian besar kalangan. Jumlah zakat maal yang harus ditunaikan sendiri ditentukan dari nisab dan haulnya apakah telah mencapai kadar yang ditentukan selama satu tahun atau belum. Beberapa orang yang kurang memerhatikan kewajiban ini pada dasarnya tidak mengetahui dengan pasti keutamaan dari pembayaran zakat maal seperti yang telah digadang-gadang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kita semua memahami bahwa zakat dapat membersihkan harta namun tak banyak yang tahu bahwa kewajiban ini juga dapat mengembangkannya. Kepedulian untuk menunaikan zakat nyatanya juga dapat membuka pintu rezeki dengan cara yang tak pernah kita sadari. Hal ini dapat terjadi lantaran kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala amatlah besar. Sejatinya keutamaan tersebut juga bukan balasan dari besaran harta yang dikeluarkan untuk kewajiban zakat. Sebaliknya, hal-hal baik yang diterima umat Islam adalah karena ketaatan dan kepatuhan mereka pada perintah Allah. Sebagai balasan nyata dari ketaatan ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembangkan dan juga membuka seluas-luasnya rezeki pada hamba-Nya agar semakin peduli sesama.