Salah satu pencapaian terbaik yang bisa diupayakan oleh umat Islam adalah wafat dalam keadaan mulia. Hal ini bukan sekedar menjadi cita-cita kaum Muslimin dan Muslimat saja tapi juga cerminan dari kehidupan yang dijalaninya. Ya, keadaan wafat diyakini merupakan gambaran dari keadaan diri seorang hamba. Jika khusnul khotimah, hal ini menandakan bahwa kehidupan duniawinya dijalani semata-mata untuk mempersiapkan hari akhirnya. Sebaliknya, su’ul khotimah adalah kematian yang mengisyaratkan keburukan cara hidup seseorang.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,
“Su’ul khatimah terjadi disebabkan karena adanya kebiasaan buruk tersembunyi yang dikerjakan hamba yang tidak dilihat oleh orang lain.” (Jami’ul ‘Ulum wal-Hikam, hal. 57)
Su’ul khotimah sendiri secara sederhana merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kematian dalam keadaan yang buruk. Salah satu contohnya adalah syirik, mati ketika bermaksiat, mati ketika sedang berzina, mati saat sedang menggunakan obat-obat terlarang, mati saat sedang cinta-cintanya terhadap dunia, dan kematian lain semacamnya. Pada dasarnya, su’ul khotimah kemungkinan terjadi pada seseorang yang di masa akhir hidupnya berada dalam keadaan durhaka atau berpaling dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan bahwa hal tersebut juga dapat terjadi akibat seseorang memiliki kebiasaan buruk tersembunyi yang tidak terlihat oleh orang lain. Biasanya, ketika seseorang tersebut sedang berada dalam kesendirian lantas ia merasa senang dan bebas melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar agama. Meski sejatinya kebiasaan tersebut tersembunyi, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui. Dia akan senantiasa mengetahui setiap hal yang dikerjakan hamba-Nya termasuk juga niat dibaliknya. Itulah mengapa, umat Islam dianjurkan untuk dapat waspada saat sendiri.
Godaan setan dapat datang dengan mudah dan juga begitu gencarnya menjerumuskan umat manusia dalam berbagai perbuatan dosa dan maksiat. Hal yang dapat dilakukan umat Islam untuk menghindari kemungkinan berbuat buruk kala sendiri adalah dengan sering-sering berbaur atau berkumpul dengan orang-orang shalih. Selain dapat menjadi alasan bagi kita untuk bisa belajar lebih taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berkumpul dengan orang shalih dapat membawa energi positif yang menjauhkan kita dari berbagai kemungkinan perilaku buruk sumber dari su’ul khotimah.