Penyebab Awal Nasib Buruk Kerap Melanda Kehidupan Seseorang

Memiliki kehidupan yang aman dan tenang tentu saja menjadi keinginan setiap insan. Terlebih lagi jika dalam perjalanannya kita mampu meraih kesuksesan, hal tersebut akan menjadi pencapaian yang terasa sangat membanggakan. Namun, tentu saja segala kebaikan ini tidak bisa didapatkan secara cuma-cuma. Dibutuhkan upaya untuk bisa mencapainya. Sayangnya, kebanyakan diantara umat manusia hanya fokus pada upaya semata tanpa mempertimbangkan kekurangan yang ada di dalam dirinya.

Ya, sebagian besar orang yang hidupnya dikelilingi dengan keburukan biasanya masih memelihara kebiasaan buruk atau faktor-faktor pendukung lainnya. Tujuan dan maksud dalam menjalani kehidupan dunia belum dilakukan semata-mata hanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Masih ada niat buruk yang terbelenggu dalam hati dan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Hal ini sebagaimana pernah dikatakan oleh Imam Hasan Al Bashri rahimahullah bahwasanya,

“Pangkal keburukan itu ada tiga, yaitu dengki, ambisi, cinta dunia. Dan cabangnya ada enam: suka tidur, suka kekuasaan, suka kenyang, suka pujian, suka bersantai, suka kebanggaan.” (Al-Aqdul Farid: 2/151)

Nasib buruk yang dialami seseorang dalam hidupnya sejatinya bukanlah hal yang ditetapkan permanen oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kondisi tersebut dapat terjadi sebagai dampak dari hal yang telah dilakukannya. Biasanya diawali dari perasaan yang tumbuh dalam hati orang tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Imam Hasan Al Bashri rahimahullah bahwasanya keburukan pada diri seseorang dimulai dari adanya kedengkian. Ketika dengki telah merasuki hati, orang tersebut akan mudah berambisi.

Ambisi yang besar membuat ia begitu mencintai kehidupan dunia karena merasa bahwa segala kesenangan bisa didapatkannya. Keadaan yang buruk ini dikhawatirkan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam tindak tanduk yang berbau dosa dan maksiat. Seluruh kondisi tersebut juga disinyalir terjadi lantaran seseorang hanya fokus pada kehidupan duniawi saja. Orang-orang seperti ini biasanya lebih suka menghabiskan waktu untuk tidur, makan, dan bersantai. Tidak ada kerja keras dan upaya yang dilakukannya baik untuk dunia maupun akhirat.

Terlebih lagi jika kebiasaan tersebut diiringi dengan sifat yang senang akan kekuasaan, pujian, dan juga kebanggaan maka lengkap sudah penyebab yang dimilikinya dari nasib atau kehidupan yang buruk. Itulah mengapa umat Islam dianjurkan untuk menjadi orang yang kuat secara fisik dan mental. Hal ini didapatkan dari kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam kehidupannya yang wajib kita ikuti. Dari setiap sunnah yang kita terapkan diharapkan bahwa kita dapat terhindar dari segala bentuk keburukan hidup duniawi.