Pentingnya Menanamkan Keahlian Bersabar dan Memaafkan dalam Diri Anak-Anak

Masa emas anak-anak atau yang disebut juga dengan Golden Age menjadi saat paling penting dalam kehidupannya. Di masa ini, buah hati setiap orang tua mengalami periode tumbuh kembang yang pesat. Baik secara fisik mau pun psikis, Golden Age jadi penentu utama dari perkembangan diri yang dialami anak-anak. Oleh karenanya, orang tua perlu memberikan bekal terbaik bagi buah hati agar mereka mampu mengenal sekaligus memahami kehidupan dengan baik tentunya dengan cara yang sederhana. Terutama terkait perkara yang tauhid yang sejatinya merupakan fondasi dalam setiap kehidupan umat Islam. Membangun keimanan sedini mungkin dapat mengarahkan anak-anak pada langkah yang tepat.

Salah satu cara yang bisa dilakukan orang tua dalam hal ini adalah menanamkan contoh terbaik terkait keimanan yang utama. Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Afdlotul iimaanisshobru wassamaahaah.” Yang artinya: “Iman yang utama adalah sabar dan pemaaf,” (HR Bukhari dan Ad Dailami)

Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam kepada para sahabat dan umatnya beliau menyampaikan pengaplikasian makna iman yang utama. Yang pertama adalah sabar. Sabar dalam pemahaman Islam merupakan upaya untuk menahan godaan. Tak hanya itu, sabar juga cara untuk bertahan dalam menghadapi situasi sulit. Orang-orang yang sabar mereka telah memahami bahwa tempat bergantung yang utama adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga dengan demikian, mereka tidak pernah khawatir dalam menghadapi rintangan hidup. Sementara itu, pengaplikasian iman yang utama juga bisa diketahui dari sikap seseorang yang pemaaf.

Pemaaf dalam perspektif Islam adalah mereka yang dengan tulus memaafkan kesalahan orang lain tanpa memendam rasa benci atau keinginan untuk membalas. Orang-orang pemaaf akan selalu terbuka hatinya untuk menyambut orang lain agar dapat kembali membina hubungan yang baik. Kedua hal ini sejatinya adalah gambaran dari iman yang utama. Bukan tanpa sebab, pasalnya terdapat sikap yang mencerminkan keteguhan hati untuk semata-mata meyakini kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kepada anak-anak, orang tua juga perlu menanamkan pemahaman terkait pentingnya memiliki keyakinan terhadap Allah sebagai tempat bergantung paling tepat.

Ketika anak-anak telah mampu menguasai diri dan perasaannya saat merasa sedih akibat perselisihan dengan teman atau bersaing secara sehat dalam hal pembelajaran, maka mereka akan memanfaatkan keahlian dalam memaafkan dan juga berlapang dada. Jika buah hati kita telah mampu melakukan keduanya, maka dapat dipastikan bahwa keimanan yang utama telah tercermin di dalam hatinya. Semoga anak-anak kaum Muslimin dan Muslimat di dunia dapat senantiasa memelihara keimanan ini di dalam hatinya. Maka dari itu, orang tua juga wajib selalu mengingatkan buah hati agar memilih pelampiasan kesedihan yang tepat yakni hanya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.