Dalam Islam, hubungan persaudaraan merupakan salah satu wujud kemuliaan umatnya. Bukan tanpa alasan, pasalnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan banyak keutamaan terhadap hamba-Nya yang mampu memelihara dan menjaga hubungan ini. Meskipun demikian, manusia memang merupakan tempatnya khilaf dan salah.
Hal ini sering kali membuat hubungan persaudaraan menemukan berbagai masalah yang berujung pada perselisihan. Bukan tanpa alasan, pasalnya terdapat jenis orang yang bisa menjadi sebab awal dari renggangnya hubungan persaudaraan. Sebagaimana Imam Abu Ja’ far Muhammad pernah berkata,
“Seburuk buruk seorang saudara adalah yang memiliki perhatian terhadap dirimu ketika engkau dalam keadaan kaya. Namun memutuskan hubungan denganmu ketika engkau fakir miskin” (Al-Bidayah wan Nihayah ;9/324)
Hubungan persaudaraan yang awalnya baik-baik saja bisa berpeluang mengalami perselisihan. Sayangnya, hal ini tidak selalu berkaitan dengan masalah. Sifat alami dari manusia menjadi sebab utama yang pasti dapat memperkeruh hubungan persaudaraan terutama yang kerap menilai baiknya hubungan melalui materi semata.
Dapat dipastikan bahwa orang tersebut adalah seburuk-buruknya saudara bagi orang lain. Bukan tanpa alasan, pasalnya ia memiliki kebiasaan untuk senantiasa setia tatkala kita memiliki banyak harta namun justru meninggalkan ketika kita ditimpa musibah. Meskipun demikian, kita tidak perlu khawatir dalam menghadapi jenis orang seperti ini.
Sebaliknya, umat Islam justru harus menghindar dari sifat dan perilaku yang menunjukkan diri kita sebagai saudara terburuk seperti gambaran pada perkataan di atas. Inilah mengapa sudah sepatutnya bagi kaum Muslimin dan Muslimat untuk dapat membangun hubungan persaudaraan semata-mata mengharap ridha Allah saja. Selebihnya, biar Allah yang menilai dan memberi pahala.