Makan dengan tangan kanan menjadi salah satu hal yang sering dibiasakan oleh masyarakat Indonesia. Perkara ini sejatinya bukanlah sekedar kebiasaan tapi juga merupakan adab yang telah secara turun temurun dilakukan. Sayangnya, tak banyak yang tahu siapa sebenarnya yang pertama kali menganjurkan memulai dengan yang kanan. Pada kenyataannya, hal ini bukanlah juga sekedar adab turun temurun saja tapi juga tauladan dari junjungan besar kita Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai mendahulukan yang kanan ketika memakai sendal, ketika menyisir rambut dan ketika bersuci, juga dalam setiap perkara (yang baik-baik).” (HR. Bukhari no. 186 dan Muslim no. 268)
Hadist di atas menjelaskan tentang kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau diketahui memiliki kebiasaan yang baik dalam melakukan atau memulai berbagai hal dalam hidupnya. Ya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendahulukan suatu perbuatan dengan yang kanan. Hal ini dilakukannya dalam setiap perkara yang baik-baik seperti bersuci, berhias diri, aktifitas memakai, perkara-perkara mulia seperti makan, memberi, menerima, bersalaman, hingga keluar dari kamar mandi.
Sebaliknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendahulukan yang kiri jika aktifitas yang dilakukannya tersebut berkenaan dengan perkara hina atau kotor seperti istinja’. Tidak hanya itu, kebiasaan untuk mendahulukan yang kiri juga dilakukan beliau tatkala berhadapan dengan aktifitas yang berhubungan dengan memakai seperti masukkan lengan baju, memakai kaos kaki, memakai sandal, dan sebagainya. Sementara itu, masuk ke dalam kamar mandi juga sebaiknya dimulai dengan kaki kiri mengingat hal ini termasuk dalam perkara yang hina atau kotor.