Melakukan perbuatan amal adalah salah satu hal yang mampu menarik perhatian Allah SWT. Sayangnya, tujuan ini kerap kali ‘ternoda’ dengan maksud lain yang memungkinkan kita memeroleh sanjungan dari sesama. Tidak banyak yang tahu, sikap semacam ini sejatinya hanya akan menghilangkan pahala dari setiap perbuatan baik yang kita lakukan.
Tepat sekali, riya’ atau yang dikenal juga dengan sebutan pamer merupakan salah satu penyakit hati yang perlu diwaspadai. Mereka yang hidup dengan memelihara sifat ini biasanya hanya akan berbuat baik semata – mata untuk dilihat oleh orang lain. Tujuannya tentu saja untuk mendapatkan pujian dan sanjungan dari sesama. Sifat buruk ini sejatinya sangat dibenci oleh Allah SWT.
Sebagaimana dalam Al – Qur’an Allah berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS. Al – Baqarah: 264)
Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwasanya memperlihatkan dan menyebut – nyebut amal saleh tak hanya akan menghapuskan pahala saja tapi juga menyakiti hati orang yang menerima. Allah SWT bahkan mengibaratkan nasib dari orang yang riya’ layaknya batu licin yang tertimpa hujan lebat. Pada batu tersebut tak tersisa sedikit pun debu atau tanah. Hal ini serupa dengan amal yang dilakukan yakni tak menyisakan pahala sedikit pun bagi mereka.
Tidak hanya itu, sifat riya’ juga merupakan ciri khas dari orang – orang kafir. Mereka yang hidup memelihara gaya hidup seperti ini biasanya adalah golongan yang kufur terhadap nikmat Allah. Bahkan, dapat dikatakan bahwa mereka tidak mengimani keberadaan Tuhan mereka. Maka dari itu, sudah sebaiknya bagi kita untuk dapat menghindari penyakit hati ini. Selain dapat merugikan diri sendiri, kelak tak ada sedikit pun pahala yang kita peroleh dari amalan yang dilakukan. Naudzu billahi min dzalik.