Manusia Tempatnya Salah, Rajin Muhasabah Agar Mudah Gapai Taubat Nasuha

Manusia sejatinya memiliki banyak kekurangan. Selain tempatnya khilaf, kita juga menjadi alasan dari banyaknya kesalahan dan kezaliman yang terjadi di muka bumi saat ini. Bagaimana tidak? Akibat hubungan yang jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, kebanyakan di antara kita menjadi tidak takut tatkala melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Namun, kita perlu membenahi diri dan kembali memastikan hati bahwa Allah adalah tempat terbaik kembali. Allah Subhanahu wa Ta’ala pemilik seluruh alam termasuk diri manusia yang penuh kekurangan.

Kesalahan dan perbuatan-perbuatan bakhil mungkin telah sering kita lakukan. Namun, meninggalkan hal-hal demikian sudah seharusnya menjadi tujuan kita saat ini. Bertobat adalah hal yang wajib kita lakukan tak peduli besar kecilnya kesalahan yang dilakukan. Bahkan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya agar dapat terus dan tidak putus bertobat. Hal ini sebagaimana diketahui dalam suatu hadist bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Setiap manusia pernah berbuat salah. Namun yang paling baik dari yang berbuat salah adalah yang mau bertobat.” (HR. Tirmidzi no. 2499; Ibnu Majah, no. 4251; Ahmad, 3: 198)

Hadist di atas menjelaskan tentang pesan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat dan umatnya terkait salah dan tobat. Beliau menyampaikan bahwa sejatinya setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut ada yang terjadi dengan disadari namun ada pula yang tidak disengaja. Apa pun bentuk dan tujuan kesalahan tersebut, sudah sepatutnya bagi umat Islam untuk dapat selalu introspeksi diri dengan senantiasa mengingat segala perbuatan dan dosa-dosa yang pernah dilakukan selama ini. Upaya tersebut dikenal juga dengan sebutan muhasabah.

Ketika kita telah aktif bermuhasabah, tentu saja hati ini akan senantiasa memulai langkah bertobat. Perlu diperhatikan bahwa tobat adalah perbuatan yang dilakukan untuk memeroleh ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu, kira dianjurkan agar dapat meninggalkan segala hal yang dilarang oleh Allah. Meski kita belum mampu sepenuhnya menjalankan perintah Allah, paling tidak kita berusaha dan selalu memelihara diri untuk tidak kembali melakukan hal-hal yang dilarang Allah. Langkah ini tentu menjadi wujud nyata dari peluang mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta ’ala.