Lebih Dekat Dengan Allah Melalui Harta

Assalamu’alaikum… #kawanaksi mau tau caranya dekat dengan Allah melalui harta???

#kawanasksi keinginan untuk memiliki harta merupakan fitrah manusia. Oleh karena itu, manusia berlomba-lomba untuk mengejar dan memilikinya. Semua aktivitas yang dilakukan, baik di siang hari maupun malam hari kebanyakannya berorientasi untuk mengumpulkan dan menumpuk-numpuk harta.
Fokus manusia yang berlebihan dalam mengejar harta menjadikan dirinya mengabaikan kewajiban terhadap Rabb mereka. Tidak itu saja, mereka pun mengabai terhadap hak-hak keluarga, anak, bahkan terhadap diri mereka sendiri. Manusia model demikian, hati dan pikirannya dipenuhi oleh kecintaan terhadap harta dan dihinggapi rasa takut yang berlebih akan kekurangan maupun kehilangan harta.

#kawanaksi dalam Islam, mencintai harta adalah fitrah manusia. sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam al-Quran :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14)

Bahkan dalam ayat yang lain Allah menyatakan bahwa rasa cinta manusia terhadap harta adalah cinta yang paling kuat dan dalam “Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan” (QS al-Fajr : 14). Namun Allah juga mengancam sekaligus mengingatkan agar manusia jangan sampai terlena oleh harta “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS al-Munafiqun : 9)

Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan agar harta yang kita miliki tidak membuat kita abai terhadap Allah. Justru sebaliknya, harta tersebut membuat kita lebih dekat dengan Allah, karena banyak amal shaleh yang bisa kita lakukan dengan wasilah atau perantara harta yang kita miliki.

Pertama: Apa yang ada di dunia ini semuanya adalah mutlak milik Allah. Manusia hanya dititipi oleh-Nya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas semua harta yang dititipkan kepadanya. Allah berfirman : “Ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). Dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha mengehui segala sesuatu. (QS an-Nur : 64)

#kawanaksi kesadaran bahwa semua milik Allah akan menjadikan kita lebih berhati-hati dalam memperoleh dan menggunakan harta. Kita akan berusaha dengan sebaik mungkin agar Allah senantiasa ridha terhadap apa yang kita lakukan. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW mengingatkan kita, bahwa pertanyaan terberat kelak di hari akhir adalah berkait dengan harta karena ada dua aspek yang akan ditanyakan; dari mana harta tersebut dan digunakan untuk apa?. Beliau bersabda : “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan kemana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya.”

Kedua: Tidak semua harta yang dititipkan kepada kita adalah miliki kita semua. Allah mengingatkan kita bahwa ada hak orang lain yang Allah titipkan dalam setiap harta kita. Allah berfirman: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” (QS Adz Dzariyat :19). Oleh karena itu, kita harus berusaha membersihkan agar jangan sampai harta tersebut kelak akan menjadi beban, baik di dunia maupun di akhirat kelak. “…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. (QS At Taubah:34)

Perintah untuk menunaikan zakat, infak, sedekah, wakaf dan kebaikan-kebaikan lainnya adalah upaya agar harta kita menjadi bersih sehingga akan mendatangkan keberkahan dalam memanfaatkannya. Jangan lupa #kawanaksi kita untuk selalu bersedekah dan menunaikan zakat ya.

Ketiga: Islam memandang bahwa dalam kepemilikan harta yang terpenting adalah kemanfaatannya bukan wujudnya. Sering kali Allah menggunakan kata makan (الأكل) ketika menjelaskan kaitan dengan harta. Sebagaimana firman Allah “Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu” (QS. An Nisa : 29).

#kawanaksi menurut para ulama fungsi harta adalah kemanfaatannya dan pemanfaatan yang paling utama adalah untuk dimakan atau dikonsumsi. Jika fungsi utama tersebut bergeser dan menjadikan wujud atau keberadaan harta sebagai tujuan utama memilikinya, maka manusia akan saling berlomba untuk mengejarnya, saling sikut dan tidak akan lagi mengindahkan aturan Allah dan RasulNya. Mereka pun akan muda dirasuki oleh penyakit kikir dan dengki. Pada akhirnya mereka akan merasakan kesempitan dalam kehidupan dunia ini. Banyak harta tapi hampa. Kebahagiaan hanya sekedar kata tanpa makna. Naudzubillah semoga kita semua dijauhkan dari sifat-sifat buruk akan cinta dunia.

Keempat. Tidak berlebih-lebihan dalam mencari harta. Yang dimaksud di sini adalah jangan sampai kesibukan kita mengejar harta melalaikan kita dari kewajiban kita kepada Allah. Karena sebenarnya rezeki itu sudah ada tinggal dijemput dan sudah ada kadarnya dari Allah. Rasulullah SAW bersabda : “Wahai manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, pakailah cara baik dalam mencari (rizki). Sesungguhnya seseorang tidak akan meninggal sampai ia sudah meraih seluruh (bagian) rezekinya, meskipun tertunda darinya. Bertakwalah kepada Allah dan lakukan cara yang baik dalam mencari (rizki)”. (HR. Ibnu Majah)

Nah, yang terakhir. Harta yang hakiki adalah harta yang kita nafkahkan di jalan Allah, karena ia akan abadi. Sedangkan harta yang lainnya akan habis atau akan kita tinggalkan untuk ahli waris kita. Rasulullah SAW bersabda : “Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim)

Semoga bermanfaat, dan jangan lupa tunaikan zakat, dan sedekah/infaq terbaik kalian..