Umat manusia adalah makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling sempurna. Meskipun demikian, hal tersebut tidak serta merta membuat kita menjadi pribadi tanpa kekurangan. Sejatinya, ada banyak alasan mengapa manusia bisa melakukan kesalahan. Namun, umat Islam dianjurkan untuk dapat menghindarinya terutama yang mampu menimbulkan dosa dan kerugian bagi orang lain. Tak sekedar menghindari kesalahan, kita juga sebaiknya dapat menahan diri untuk tidak begitu saja mudah menilai perbuatan yang dilakukan oleh sesama bahkan mencelanya. Bukan tanpa alasan, pasalnya penilaian tersebut mampu menjadi sebab dari datangnya dosa yang dikhawatirkan melebihi beratnya dosa yang diperbuat oleh orang yang kita cela tersebut. Hal ini sebagaimana Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata,
“Sesungguhnya celaan kepada saudaramu karena ia berbuat dosa, itu lebih besar dosanya bila dibanding dosa yang ia kerjakan dan lebih dahsyat dari maksiat yang ia kerjakan.” (Madaarijus Saalikin I/177)
Menilai diri dan perbuatan orang lain tentu saja adalah hal yang paling mudah dilakukan. Terutama jika pada perbuatan tersebut terdapat dosa dan maksiat di dalamnya, tentu keinginan kita untuk mencela sangatlah besar bukan? Namun, dalam Islam kita dianjurkan untuk dapat membantu orang tersebut agar bisa menyesali dosa yang telah diperbuatnya. Bahkan akan sangat utama apabila kita juga mampu menuntunnya agar dapat segera bertobat dan kembali mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sayangnya, seringkali fokus kita bukan untuk membantu orang tersebut melainkan membesar-besarkan perkara buruk yang telah diperbuatnya.
Tak banyak yang tahu bahwa sejatinya hal ini mengandung nilai dosa yang bahkan lebih besar dan dahsyat daripada melakukan perbuatan dosa yang sebenarnya. Ibnul Qayyim rahimahullah menyampaikan pesan pada umat Islam yang apabila kita tidak mampu membantu sesama untuk keluar dari masalah dosanya, maka hendaklah kita menghindari diri dari mencela keburukannya. Bukan tanpa alasan, pasalnya kita dianggap telah menyebarkan aib orang lain. Sebaliknya, alih-alih mencela alangkah indahnya apabila kita dapat menjaga orang tersebut agar tidak melakukan kembali kesalahan yang sama.
Lantas, hal mudah apa yang bisa kita lakukan? Pertama, tahan diri agar tidak mudah menghakimi. Pastikan kita mengingat kembali bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang patut menilai setiap manusia. Hal ini dapat membantu kita untuk tidak mudah mencela. Kedua, jika belum dapat menuntun orang tersebut untuk bertobat pastikan bahwa kita senantiasa menemani dan mengingatkannya agar tidak kembali berbuat perkara dosa yang
sama. Terakhir, dan tak kalah penting jika kita mampu untuk menuntunnya bertobat, maka lakukanlah. Namun, pastikan agar kita tidak merasa lebih baik dari diri orang tersebut karena kelak dapat merubah niat baik kita. Semoga Allah memudahkan langkah kita dalam membantu sesama.