Kesuksesan menjadi impian banyak orang. Tidak jarang, hal tersebut mampu membuat kondisi keuangan menjadi stabil dan lancar. Dengan demikian, kehidupan dapat semakin nyaman dijalankan. Namun, sering kali kesuksesan justru menjadi fitnah yang amat mengerikan. Hal ini bahkan semakin sulit dihindarkan ketika prestasi hidup yang kita dapatkan harus mendatangkan pujian dari banyak orang. Tentu saja pujian tersebut adalah bentuk dari kekaguman. Meski pun demikian, umat Islam dianjurkan agar waspada tatkala ada seseorang yang berlebihan dalam mengungkapkannya.
Bukan tanpa alasan, pasalnya pujian dapat membuat orang lupa diri. Maka dari itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk menolak mentah-mentah pujian yang dilakukan secara tidak wajar. Dari Hammam bin al-Harith radhiallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah pernah bersabda,
“Jika Engkau melihat orang yang memuji, maka taburkanlah debu di wajahnya” (HR Muslim No. 3002)
Hadist di atas menjelaskan tentang larangan berbahagia dalam menyambut pujian. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya berpesan bahwa pujian sejatinya adalah sumber utama dari datangnya fitnah. Bagaimana tidak? Sering kali manusia dibutakan ketika mendengar orang-orang menyanjung kesuksesannya. Pada kenyataannya, hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang berhak mendapatkan sanjungan dan pujian dari hamba-Nya. Tiada satu pun mahluk yang dapat menyandingi kemuliaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka dari itu, ketika kita mendengar pujian terutama yang dilakukan secara berlebihan terhadap diri kita hendaknya ditolak mentah-mentah. Anjuran menaburkan debu kepada wajah orang yang memuji sesuai dengan hadiat di atas memiliki makna bahwa sebaiknya kita menolak pujian tersebut. Penolakan sendiri dapat dilakukan dengan cara tidak mengakui atau menerima ungkapan kekaguman orang tersebut terhadap diri kita. Hal ini dapat membantu diri kita untuk terhindar dari fitnah riya’ dan ujub yang mampu membuat kita merasa lebih baik dari orang lain.