Kebaikan Menjaga dan Menetapkan Hati pada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Kehidupan duniawi menawarkan banyak keindahan. Meski pun demikian, sekatinya terdapat ujian yang tak mudah terlihat. Akibat ingin segera merasakan kenikmatan yang biasanya hanya sesaat, banyak di antara kita yang justru tersesat. Jika kita memiliki keteguhan hati yang mumpuni, memastikan diri untuk tetap bertahan mungkin dapat dilakukan. Namun, tak semua orang mampu menjaga kewarasan di tengah guncangan ujian akibat terjerumus dalam godaan. Inilah alasan utama mengapa kita butuh upaya untuk menjaga. Sayangnya, banyak yang tak menyadari bahwa sebaik-baiknya penjaga adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Allah berfirman,

Allah adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS. Yusuf: 64)

Ayat di atas menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa sejatinya kita tidak perlu merasa takut dan hampa dalam menjalani kehidupan di dunia. Terutama ketika telah memasuki fase-fase terburuk dalam hidup, ketakutan tersebut sebaiknya segera diganti dengan ketergantungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan tanpa sebab, pasalnya Allah pun telah berjanji bahwa Dia sejatinya merupakan sebaik-baiknya penjaga bagi hamba-Nya. Kehidupan duniawi tak sekedar menawarkan berbagai bentuk keindahan dan kenikmatan saja. Kadang kala, beberapa orang yang gelap mata mampu melakukan apa saja demi mendapatkannya.

Namun, hal ini kerap tidak mengindahkan aturan agama. Tidak jarang, kenikmatan tersebut diwujudkan melalui cara yang haram. Cara inilah yang membuat nikmat berubah menjadi dosa berat. Oleh karenanya, umat Islam membutuhkan penjaga untuk memastikan dirinya terhindar dari hal-hal demikian. Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebaik-baiknya penjaga. Namun, untuk mendapatkan kebaikan ini kita perlu pula berusaha menjaga Allah dalam hati dengan keimanan dan ketakwaan yang mumpuni. Hal ini sesuai dengan salah satu sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah memberi nasehat pada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293. A-Hafızh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Maksud dari menjaga Allah pada hadist di atas dengan senantiasa menjaga batasan-batasan, hak-hak, kewajiban-kewajiban serta tak hanya memahami tapi juga melaksanakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang. Bagi orang-orang yang berusaha menjaga dirinya sebaik mungkin dari segala perbuatan maksiat dan dosa maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun juga akan memberikan penjagaan kepada kita. Penjagaan ini dapat berupa banyak hal mulai dari keadaan tidak aman, perasaan sedih dan terpuruk, rezeki tidak halal, orang-orang yang jahat, dan masih banyak lagi. Ya, begitulah sejatinya kebaikan dari upaya kita yang selalu menjaga Allah Ta’ala dalam hati, pikiran, juga perbuatan kita.