Hakikatnya puasa adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkannya. Rasa lapar, dahaga, dan juga keinginan untuk melakukan perbuatan sia – sia adalah beberapa di antara bentuk tantangan yang sering kali kita lewati. Namun, bagaimana dengan rasa amarah yang sejatinya mudah muncul terutama saat kita tengah menjalankan ibadah puasa?
Yang satu ini sejatinya juga merupakan ujian bagi kita. Kendati demikian, kita tidak dapat menghindari amarah yang mungkin muncul tiba – tiba akibat sesuatu hal. Bahkan perasaan ini begitu alami dimiliki oleh manusia. Hanya saja, tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama untuk dapat menangani amarah yang dirasakannya. Lantas, apakah amarah yang timbul ini dapat membuat puasa kita sia – sia?
Terkait hal tersebut, berikut anjuran Rasulullah Muhammad SAW sebagaimana dalam suatu hadist beliau pernah bersabda,
“Puasa adalah membentengi diri, maka bila salah seorang kamu di hari ia berpuasa janganlah berkata kotor dan jangan teriak-teriak, dan jika seseorang memakinya atau mengajaknya bertengkar hendaklah ia mengatakan “Sesungguhnya aku sedang berpuasa,” (HR. Bukhari 1904 & Muslim 1151)
Dari hadist di atas dapat kita simpulkan bahwasanya amarah yang timbul secara alami ini sejatinya tidaklah membatalkan puasa. Namun, sebaliknya jika kita tidak dapat bersegera menahan diri atau dengan mudah terpancing untuk melampiaskannya maka bukan tidak mungkin puasa yang kita jalani bisa menjadi sia – sia saja.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk dapat sekuat mungkin menghindari diri dari hal – hal yang membatalkan. Memang, sejatinya hal ini sangatlah sulit untuk dilakukan. Namun, percayalah bahwa Allah SWT akan mengganjar pahala berlipat – ganda bagi hamba yang mampu melewati tantangan selama berpuasa.