Gambaran Keyakinan Paling Mulia yang Tertanam dalam Hati Orang Beriman

Ketaatan terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menunaikan shalat fardhu kerap menjadi standar penilaian akan rasa takut seorang hamba kepada Allah. Ya, pemenuhan perintah ini digadang-gadang kerap menjadi gambaran keimanan seseorang. Namun, apalah arti dari semua hal tersebut jika ketaatan masih berdiri berdampingan dengan tindak tanduk perbuatan dosa?

Pada kenyataannya, ketaatan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya akan terbangun tatkala tertanam rasa takut di dalam hati kita. Sayangnya, tak banyak yang paham dengan benar apa sejatinya rasa takut tersebut. Terkait hal ini, Ibnu Rajab rahimahullah pernah berkata,

Orang yang takut itu bukanlah orang yang menangis dan melinangkan air matanya, akan tetapi orang yang takut itu adalah orang yang meninggalkan yang haram tatkala ia inginkan dalam keadaan ia mampu untuk melakukannya.” [Rasail Ibnu Rajab /163]

Ibnu Rajab rahimahullah menggambarkan rasa takut orang yang beriman sejatinya tidak terdapat dari linangan air mata. Ya, kita mungkin kerap mendapati seseorang menangis ketika tengah berdoa. Lantas kita menganggap bahwa orang tersebut memiliki keimanan yang tinggi. Namun, linangan air mata ketika berdoa sejatinya tidak menggambarkan keimanan seseorang.

Iman lahir dari adanya rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketakutan pada Allah hanya dapat dinilai kepastiannya ketika seseorang berjuang sekuat tenaga meninggalkan hal yang haram sementara ia mampu melakukannya. Inilah yang merupakan ketakutan dan keimanan yang sesungguhnya. Didalamnya terdapat kerelaan untuk bisa meninggalkan godaan yang indah di pandangan mata.