Fakta Dibalik Timbulnya Sifat Malas dalam Diri Manusia

Setiap manusia tentu pernah mengalami rasa malas. Entah karena kondisi tubuh yang sedang tidak maksimal atau hubungan antar sesama yang tidak dalam keadaan baik-baik saja, seringkali rasa enggan muncul dan berujung pada timbulnya sikap malas. Meski memang wajar terjadi, namun kita juga perlu memperhatikan sampai pada tahap apa rasa malas yang dialami. Bukan tanpa sebab, pasalnya ketika rasa ini telah membuat seseorang lalai terhadap amalan ketaatan, maka sejatinya ia telah tertipu dan terpedaya. Ibnul Jauzi mengatakan,

Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).” (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 18/219, Mawqi Al lslam)

Rasa malas mungkin saja bagian dari keadaan yang secara alami dapat mengganggu manusia. Alasan di balik datangnya rasa malas pun beraneka ragam. Biasanya berkaitan erat dengan kondisi hidup seseorang. Namun, tak banyak yang tahu bahwa pada umumnya, sifat ini muncul lantaran umat manusia telah memiliki cukup banyak waktu luang ketika ia berada dalam keadaan sehat. Sejatinya, waktu luang sendiri adalah nikmat yang amat besar. Sayangnya, apabila tidak bisa dimanfaatkan dengan baik maka hal tersebut tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

Kebiasaan buruk manusia adalah menunda-nunda pekerjaan saat memiliki waktu luang tersebut. Penundaan inilah yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya rasa malas yang berkelanjutan. Ketika memiliki waktu yang leluasa, dalam keadaan sehat manusia sering khilaf. Khilaf yang dimaksud pun bukan hanya menyangkut masalah pekerjaan saja tapi juga kemampuan diri dalam melakukan kewajiban agar tetap taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saat ketaatan telah mengendur, tak banyak yang menyadari bahwa sejatinya kita telah terpedaya. Terpedaya sendiri biasanya memudahkan seseorang untuk terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat.

Waktu luang yang tersedia pun akhirnya hanya digunakan untuk melakukan hal-hal yang tak bermanfaat. Bahkan, akan sangat disayangkan apabila waktu ini hanya dihabiskan untuk memperkaya dosa saja seperti ghibah, menonton tayangan bermaksiat, atau bahkan scrolling media sosial yang hanya memperkuat buruk sangka kita terhadap kehidupan orang lain. Itulah mengapa sebaiknya kita harus bisa mengatur waktu yang dimiliki dengan baik dan benar. Meski sejatinya tengah memiliki waktu luang, manajemen waktu yang tepat justru membuat kita mendapatkan kesempatan untuk banyak melakukan perbuatan baik yang mendatangkan pahala dan manfaat.