Dunia menjadi tempat pertama bagi bertumbuhnya manusia. Di area yang sejatinya merupakan ladang pahala ini, manusia mengalami beragam fase kehidupan. Semuanya dimulai dari momen bahagia ia dilahirkan, dirawat dan dipelihara dengan kasih sayang, tumbuh dan berkembang bersama alam, hingga akhirnya mampu meraih pencapaian. Seluruh fase tersebut adalah hal alami yang akan dilalui setiap manusia. Namun, tak semua fase dapat dilalui dengan kebahagiaan dan kenyamanan. Beberapa orang harus menerima keadaan yang cukup memprihatinkan.
Meski pun demikian, hendaknya segala hal yang telah kita lalui tidak memengaruhi cara kita memandang dunia. Dunia bagi manusia sejatinya diciptakan sebagai tempat belajar. Sayangnya, perbedaan keyakinan menjadikan tujuan tersebut menyimpang. Sebagian besar orang justru memandang dunia menjadi pusat kenikmatan. Pada kenyataannya, tak ada hal yang bisa kita banggakan kecuali akan ada masanya datang beragam ujian dan godaan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dunia ini penjaranya orang mu’min dan surganya orang kafir“. [HR. Muslim juz 4, hal. 2272]
Hadist di atas menjelaskan tentang pendapat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap cara manusia memandang dunia. Kepada para sahabat dan umatnya, beliau menyampaikan bahwa dunia menjadi penjara bagi orang mukmin. Hal ini bermaksud bahwa segala hal yang ada di dunia tidak lain dan tidak bukan hanyalah ujian bagi keimanan. Setiap hal yang terlihat nikmat di mata kita sejatinya adalah godaan. Orang-orang mukmin berupaya untuk dapat menahan diri agar tidak terjerumus dalam godaan tersebut. Bukan tanpa sebab, pasalnya sebagian besar di antara godaan sudah pasti menjadi pusat dari segala dosa.
Upaya menahan diri ini amat sulit dilakukan dan menjadi alasan mengapa dunia dianggap sebagai penjara bagi orang mukmin. Sebaliknya, bagi orang-orang kafir dunia adalah surga. Bagaimana tidak? Segala bentuk kenikmatan tersaji di depan mata. Siapa saja dipersilakan untuk mencoba-coba dan menikmatinya. Namun, orang-orang mukmin memiliki keyakinan yang lebih besar terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu, mereka akan menahan diri sekuat tenaga agar tidak terjerumus dalam lembah dosa. Sementara yang kafir akan sukarela untuk mencoba dan menikmati setiap hal yang menarik mata. Mereka tak akan memikirkan dampak dari setiap perbuatan yang dilakukannya.
Keinginan untuk terjun bebas ke dalam perbuatan maksiat pun seolah tak ada batasnya. Orang-orang kafir tak memandang dunia sebagai cobaan karena mereka tak memercayai adanya hari akhir dan hari pembalasan. Pada kenyataannya, mereka tengah meniti jalan menuju azab yang teramat pedih tanpa pernah mereka sadari. Oleh karena itu, jangan sampai umat Islam meniti jalan yang sama. Kita dianjurkan untuk dapat selalu mawas diri agar tidak mudah terjerumus dalam lembah dosa. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberi petunjuk bagi kita dan keluarga agar tidak tergoda pada perbuatan maksiat. Ya, begitulah sejatinya perbedaan cara memandang dunia bagi orang mukmin dan kafir.