Anjuran menunaikan ibadah kurban terbilang gencar. Bagaimana tidak? Qurban bukan sekedar ‘prosesi mengalirkan darah’ semata. Ibadah ini adalah bukti dari ketaatan diri kita terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tak hanya itu, kaum Muslimin dan Muslimat yang berkurban sejatinya juga menjadi bukti dari kesetiaannya terhadap sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Itulah mengapa, umat Islam yang tergolong mampu sangat dianjurkan untuk dapat berkurban di hari Nahr. Sebaliknya, jika timbul rasa enggan terhadap hal ini maka Rasulullah pun telah lama mengancam untuk tidak turut serta menjadi bagian dari umatnya. Hal tersebut sebagaimana diketahui dalam suatu hadits bahwasanya beliau pernah bersabda yang berbunyi sebagai berikut ini,
“Barangsiapa mempunyai keluasan rezeki (mampu berkurban) tetapi ia tidak mau berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat kami bersembahyang,” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Qurban adalah ibadah yang dapat mengalirkan manfaat dua arah. Bagi yang melakukannya akan diberkahi dengan pahala, sementara yang menerima hasilnya bisa memperoleh manfaat baiknya. Itulah mengapa ibadah ini begitu disarankan pelaksanaannya. Bahkan, orang-orang yang enggan berkurban meski ia mampu tergolong pada kelompok yang dikucilkan di masa Rasulullah.
Golongan seperti ini bahkan diancam untuk tidak menjauhi kerumunan Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam dan para sahabat saat menunaikan sholat Idul Adha. Bukan tanpa alasan, pasalnya rasa enggan berkurban sementara mampu melakukannya dianggap sebagai cerminan dari kekikiran dan ketamakkan. Ya, orang-orang seperti ini termasuk dalam golongan orang munafik.
Mereka mengakui keberadaan Islam namun enggan menunaikan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wajar sekali kiranya jika Rasulullah sendiri yang mengancam golongan tersebut untuk tidak berdekatan dengan umatnya. Sifat kekikiran dan ketamakkan bukan hanya cerminan dari kemunafikan semata. Segala keburukkan tersebut adalah sumber utama dari panasnya api Neraka. Naudzubillah min zalik, semoga kita bukan bagian dari golongan tersebut.