Istirahat adalah salah satu dari bentuk kebutuhan manusia. Dengan mencukupi waktu untuk rehat, sejatinya kita pun tengah mengumpulkan kembali energi untuk dapat dipergunakan menjalani kegiatan harian. Istirahat yang baik adalah yang memungkinkan bagi tubuh untuk berhenti sejenak melakukan segala pekerjaannya. Oleh karena itu, tidur dianggap sebagai langkah istirahat paling maksimal.
Meskipun demikian, umat Islam diajarkan agar tidak sembarang memilih waktu tidur. Bukan tanpa alasan, pasalnya ajaran agama kita meyakini bahwa terdapat waktu-waktu tertentu yang terbilang utama dan sangat sayang jika dilewatkan hanya untuk bersantai-santai saja. Hal ini sebagaimana Imam lbnul Qayyim rahimahullah pernah mengatakan,
“Diantara perkara yang dibenci oleh para salaf adalah tidur antara shalat Subuh dan terbitnya matahari. Itu adalah waktu keberuntungan karena itu adalah awal waktu siang, kuncinya, waktu turunnya rezeki, terjadinya pembagian (rezeki) dan datangnya barokah.” (Madarijus Salikin / 459)
Tidur pada dasarnya bukan sekedar langkah untuk mengistirahatkan tubuh saja tapi juga merilekskan hati dan pikiran. Namun, tidur yang disarankan bukanlah pada awal waktu. Imam lbnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa tidak semua waktu pantas untuk dimanfaatkan untuk beristirahat. Salah satunya adalah waktu antara shalat Subuh dan terbitnya matahari.
Kaum Muslimin dan Muslimat tidak disarankan untuk memilih waktu tersebut hanya demi beristirahat semata. Sebaliknya, waktu antara Subuh dan terbitnya matahari diyakini sebagai waktu utama bagi umat Islam. Bukan tanpa sebab, pasalnya ajaran Islam meyakini bahwa waktu tersebut adalah waktu keberuntungan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan rezeki di waktu tersebut.
Tak hanya itu, di saat yang bersamaan pembagian rezeki dilakukan. Bahkan, yang sangat utama adalah bahwa Allah mendatangkan berkah kepada hamba-Nya yang melakukan amalan saleh di waktu tersebut. Oleh karena itu, umat Islam dilarang bersantai-santai karena dianggap sebagai bentuk penolakan terhadap rezeki yang telah dipersiapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebaliknya, kita dianjurkan untuk bersemangat mencari nafkah. Kita juga bisa melakukan hal lain yang disukai yang mendatangkan manfaat bagi diri sendiri serta orang sekitar kita. Bahkan yang lebih utama adalah jika kita memiliki waktu lebih, sangat baik jika dipergunakan untuk menunaikan ibadah sunnah seperti shalat Dhuha dan sedekah sebagai bentuk pemanfaatan waktu spesial ini.