Kemampuan untuk bersabar bagi umat Islam sangat sering dianjurkan. Bukan tanpa alasan, pasalnya selain shalat sabar juga menjadi salah satu sebab dari datangnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal tersebut bahkan telah menjadi perkara yang kepastiannya telah dijanjikan oleh Allah sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 45. Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk terlebih dahulu bersabar sambil senantiasa shalat dan berdoa.
Hal ini membuktikan bahwa shalat yang dilakukan manusia tidak akan membawa manfaat kecuali dengan kesabaran yang besar. Namun, tidak banyak yang memahami dengan benar bagaimana sebenarnya bersabar dengan tepat. Selain karena musibah atau ujian kehidupan, ada alasan lain yang membuat sabar menjadi semakin utama untuk dilakukan. Hal ini sebagaimana Sufyan Ats Tsauri rahimahullah pernah berkata,
“Tiga bentuk kesabaran: Engkau tidak menceritakan sakitmu, musibah yang menimpamu dan engkau tidak mentazkiyah (merekomendasikan dirimu)”. (Tafsir Ath Thobari 15/585)
Sabar memang senantiasa dikaitkan dengan upaya untuk tetap bertahan di kala cobaan datang. Meski memang kita mampu melakukannya, namun tak banyak yang tahu bahwa ada jenis kesabaran lain yang patut diterapkan sebagai umat Islam. Ya, hal ini berkaitan erat dengan kemampuan untuk dapat menyimpan kesedihan yang kita rasakan dari musibah yang terjadi. Bukan tanpa alasan, pasalnya menceritakan kesedihan pada orang lain sejatinya tidak mendatangkan manfaat.
Sebaliknya, bergantung dan mengadu pada Allah Ta’ala dapat membuat kita semakin kuat. Tak hanya itu, bentuk kesabaran lain yang juga patut diterapkan adalah menahan perilaku dari mentazkiyah. Maksud dari mentazkiyah adalah merekomendasikan diri kita pada orang lain. Terdapat banyak tujuan dari hal tersebut. Ada yang merekomendasikan diri karena mampu melakukan hal yang diminta, ada pula yang merasa lebih berwenang terhadap satu hal, dan masih banyak lagi alasan lainnya.
Hal tersebut sebaik mungkin sudah seharusnya kita hindari karena mengisyaratkan sifat sombong dan pamer. Sebaliknya, kita perlu menahan diri dan biarkan orang yang melihat potensi kita untuk menghindari kesalahan yang mungkin ditujukan pada diri kita. Hal ini dapat menjadi fitnah yang mengancam hidup kita. Bahkan, orang lain bisa saja menyalahkan diri kita terhadap dampak yang terjadi dari sebuah peristiwa. Begitulah sejatinya bentuk kesabaran lebih tinggi yang wajib kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.